Sunday, April 26, 2009
Sunday, April 12, 2009
Thursday, April 09, 2009
Top Ten Alasan Orang Studi Ke Belanda
10. ada info, tertarik, coba-coba ... eh ... ke Belanda
9. cita-cita sejak kecil ... (ummm ... ada ya?)
8. punya temen disana, pengen nyusul
7. denger-denger peninggalan nenek moyang kita sebagian ada di Belanda ya? pengen liat ...
6. nggak tahan di Indonesia!! sumpek ...
5. Belanda itu sexy ... uh, unbearable. Belanda itu deket sama Prancis, Jerman, Inggris, Alpen ... wuh, kalo pas summer holiday bisa jalan-jalan keliling Eropa tuh, backpacking ... ikut-ikutan Andrea Hirata.
4. biar keren dong, pernah ke luar negri gitu! Gila apa! Trus ntar foto-foto, trus dimasukin facebook deh. Masa' kalah sama Raditya Dika *grin.
3. pengen ngerasain idup di bawah permukaan laut tapi nggak kelelep
2. biar bisa mampir ke Red Light District dan bilang: "ini asli ... asli pornografi ... tanpa rekayasa!"
1. nggak mau kalah sama istri
...
Trus dimana global community-nya? Adakah itu yang namanya "Global Community"?
Personally, aku pikir komunitas global itu hanya konsep saja. Realitanya ya tergantung dengan apa yang kita lakukan sekarang, atau buat yang masih mahasiswa, apa yang akan kita lakukan nanti, dalam hidup ini. Apakah kita melakukan business as usual, jadi pegawai kantoran masuk jam8 pagi pulang jam4 sore sampe rumah dipakai untuk family time dan istirahat lalu besok pagi berangkat kerja lagi? Atau yang membagi waktu 30 jam seminggu untuk pekerjaan, 35 jam untuk tidur, 50 jam untuk family time dan sisanya untuk bersosialisasi dan hobi, atau lainnya?
Apa yang sebenarnya mau dikerjakan dalam hidup? Apakah untuk melakukan hal-hal yang kita senangi? Atau untuk memecahkan problematika masyarakat -Indonesia khususnya- yang sangat kompleks? Apakah untuk mencari keamanan finansial? Atau melakukan pelayanan untuk orang lain?
Nggak harus ke Belanda kok untuk dapetin Global Community walaupun memang Belanda itu strategis -dan mungkin jadi lebih mudah ngedapetinnya. Soal ini aku yakin udah pada tau sendiri dah.
Di dalam kepalaku, komunitas global itu artinya kita punya relasi yang nggak cuma dari dusun itu-itu aja, bisa jadi punya temen dari pelosok Argentina sana atau dari ujung utara Siberia, atau mungkin dari pinggir kanal eksotik di Amsterdam. Nah, relasi itu terkait erat dengan apa yang sedang kita lakukan. Misalnya nih, kalo' kita lagi konsen jadi pengrajin ya tentu saja kita butuh tersambung dengan ide-ide artistik yang cukup gila yang lintas batas geografis dan batas waktu. Kalo' si pengrajin ini mau bergerak sedikit saja aku rasa bisa kok jadi punya temen seniman dari Jepang atau seorang desainer interior dari daerah Mediterania.
Kalo mau realistis, coba deh itung berapa temen kita saat ini, yang bener-bener tersambung dan berinteraksi. Ketersambungan dan interaksi ini, dalam kacamataku, adalah komponen pokok sebuah komunitas. Kalo' nggak ada dua hal ini, nggak bisa itu dibilang komunitas. Terus coba telusuri dari mana aja tu dusun temen-temen kita sekarang. Paling juga itu-itu aja kan. Itu karena apa yang lagi kita kerjain sekarang mungkin belum begitu membutuhkan konsep "global community" itu.
Nah, kalo' mau ngomong soal komunitas global sebaiknya tentuin dulu deh kerjaan yang kira-kira emang ngebutuhin konsep komunitas global itu.
Apa pun yang kita kerjain, untuk mendapatkan komunitas global sebenernya cuma ada satu kunci: membuka diri. Openness.
Be grateful for whatever comes,
because each has been sent from beyond.
Subscribe to:
Posts (Atom)