Tak ada yang istimewa di hari ini, aku cuma pengen mengabadikan sesuatu yang biasa saja.
Setiap Minggu Pagi, jeung Ifta jadi dokter di Golo. Berangkat jam 7 pagi pulang sekitar jam 9. Suatu waktu, pernah kita glenak-glenik pengen nyobain car free day di UGM. Nah, karena minggu ini sepertinya waktu yang tepat, setelah jeung Ifta selesai jadi dokter, kita berangkat ke UGM, naro mobil di F-14 dan tidak lupa nyangking sepeda kecil Nana (sepeda lungsuran dari mBak Tutik).
Kita sih pengennya Nana nyoba naik sepeda di jalan raya gitu. Tapi ternyata Nana belum begitu Pe-De. Ya sudahlah, akhirnya gendongan juga. Dan beberapa saat minta turun jalan sendiri.
Sampai di depan GSP, kita liat jakal ternyata udah dibuka blokadenya. Car Free Day-nya udah selesei kayaknya. Padahal dulu kayaknya Car Free Day-nya ampe sore. Agak kecewa, kita putar haluan ke arah Masjid Kampus. Dan Nana melihat kuda.
Jadilah aku ajak dia naik Andong .. sekali putar di kompleks perumahan. Lumayan, 10ribu. Nana senang. Trus kita lanjutkan jalan ke selatan. Jalan lumayan sepi, jadi ya biar nggak dapet Car Free Day, jalanan yang sepi ini cukup menggantikan.
Setelah capek muter kompleks jalan kaki, kita istirahat bentar di F-14. Nana seneng lari-larian di halaman berumput itu. Dan aku baru sadar, pas jongkok dan melihat sekeliling dengan view-nya Nana, halaman itu tampak luas sekali.
Tak sengaja aku liat ada dua mbak-mbak nongkrong di pinggir jalan. Satunya pake baju dan jubah hitam dengan cadar dan yang satu berjilbab lebar warna krem. Mbak bercadar sepertinya sedang ngomong sesuatu dan tangannya bergerak-gerak seperti sedang menjelaskan sesuatu. Mbak berkerudung lebar manggut-manggut. Brain Wash. Aku langsung bergidik .. dan berpikir yang tidak-tidak. Ah, tapi sudahlah memang jalan manusia itu beda-beda.
Adegan brain-wash itu seperti noise dalam adegan liburan keluarga kecil di minggu pagi yang indah. Aku berusaha melupakannya tapi nggak bisa. Macam-macam pikiran berkelebat, dan adegannya seperti di film-film ituh (kebanyakan nonton tivi). Ahh ... payah, ini seperti persimpangan, kau tahu kan? kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah suatu keputusan kita ambil. Percabangan hidup ini begitu tak terduga. Aku sempat membayangkan apakah Nana besok juga bakalan berjumpa dengan hal-hal seperti itu .. Nana kecil yang kutemani setiap hari dengan penuh cinta, akankah di masa depan terekspose dengan pemikiran-pemikiran yang berbeda dan membuatnya berubah? Akankah Nana bisa bertahan dalam cinta yang hangat dan humanistik?
Malamnya, aku ajak Nana ke pengajiannya Kyai Kanjeng ... aku cuma berharap lantunan saron dan bonang yang bening itu dapat membekas dalam di memori "bayi kecil"-ku yang sekarang sudah 2 tahun lebih itu, dan menjaganya tetap berada di jalan yang sama dengan jalan Bapak-Ibuk-nya.