[baca dengan cara bercerita anak TK Nol Besar]
Aku suka kuliner. Tiga minggu ini aku ikut kursus keramik. Jadinya ... yaa gitu deh!
D'you want some?
Wednesday, November 22, 2006
Sunday, November 12, 2006
Iedul Fitri
Sebuah Corona Hitam meluncur kencang. Fitri terbaring di pangkuan Ibu di jok belakang. Kondisinya sangat lemah.
"Pak, nGgak usah ngebut ... bahaya !" kata Ibu.
"Kalau kelamaan di perjalanan nanti Fitri tambah parah Bu."
"Iya sih, tapi khan di jalanan rame begini bahaya kalo' ngebut." sahut Ibu lagi.
"Sudahlah Bu ... ," Fitri menyela lemah "Percaya saja sama Bapak." ujarnya sambil tersenyum. Semua terdiam ... senyap menyergap di tengah keramaian jalan Jogja-Semarang untuk beberapa saat.
[ beberapa jam sebelumnya ... ]
Shalat Ied di halaman Masjid At-Takwa baru saja usai. Fitri berjalan tergesa menuju rumah sambil memegangi perutnya. Sepertinya dia sangat kesakitan.
"Assalamu'alaykum" salam Fitri saat masuk rumah. Orang pertama yang dicarinya adalah ibu. Setelah sungkem di hadapan ibu dan bapak, sambil masih memegangi perutnya Fitri langsung menuju kamar tidur.
"Aduu...uuhhh ... , sakit sekali ... " Fitri tergeletak di tempat tidur, kesakitan.
"Kenapa Dek ? Sakit perut ya ?" Ibu bertanya khawatir
"nGgak tahu nih, tapi perutku rasanya sakit banget."
"Wah badanmu juga panas banget begini !" ujar Ibu sambil memegang dahi Fitri
"Bisa-bisa gejala tifus, lagi musim loh" kata Bapak "kamu istirahat aja yach."
Fitri mengangguk lemah.
Fitri adikku satu-satunya. Dia lahir saat aku berumur 5 tahun. Dan setelah itu Ibu nGgak ngasih aku adik lagi. Anaknya aktif banget ... hiperaktif mungkin (;p). Sampe sekarang pun dia masih aktif banget di kampusnya. Entah berapa organisasi dia coba masuki. Setiap ditanya, katanya pengen cari pengalaman aja. Saking aktifnya kadang-kadang capek pun nggak dirasain. Yaa.. jadinya sakit parah kaya' gitu. Baru tau rasa kalo' sakitnya pas hari raya begini :)
Jam sudah menunjukkan pukul 11.00. Gelombang tamu yang bersilaturahmi ke rumah udah abis. Kalo' udah begini biasanya kami sekeluarga siap-siap mudik ke rumah Eyang di Demak. Fitri masih saja terbaring lemah di pembaringan, bahkan nggak kuat nemuin tamu-tamu yang tadi dateng.
"Gimana dek ? Udah baikan ?" tanya Ibu.
"Belum nih Bu, masih sakit banget."
"Trus gimana dong ? Jadi ke rumah Eyang nGgak ?"
Fitri diam.
"Atau Fitri berani ditinggal sendirian di rumah ? Tapi Ibu nGgak tega ninggalin Fitri sakit sendirian." kata Ibu penuh kasih sayang. Fitri masih diam saja. "Kalo' gitu kita sekeluarga Lebaran ini nGgak usah ke rumah Eyang aja ya ? Fitri kan lagi sakit. Nanti kalo' dipaksakan malah tambah parah." lanjut Ibu.
Detak-detak jarum jam mengisi kesunyian. Muka Fitri pucat, tatapannya kosong.
"Gimana Fit ?" Ibu kembali bertanya
"Mmmm ... " Fitri diam sejenak sebelum kembali berujar, "Kita ke rumah Eyang sekarang."
"nGgak usah dipaksain Fit. nTar kamu tambah parah lagi."
"nGgak !! Pokoknya Fitri mau ke rumah Eyang."
"Tapi ... "
"Fitri jarang banget ketemu Eyang. Kalo' udah di kampus pasti nGgak bisa mudik ke rumah Eyang. Fitri pengen ketemu Eyang ... ."
Ibu terdiam bimbang
"Please ... Fitri mohon bu ... nGgak pa pa ya ? Fitri pengen ke rumah Eyang."
"Fitri ... kenapa nekat maksain mudik ke rumah Eyang ?"
" ... ," sejenak ia tercekat, " Karena ... ini Iedul Fitri." seru Fitri pelan.
" ... karena ini Iedul Fitri ... "
Ya ... Iedul Fitri. Hari Kemenangan ! Kebahagiaan Iedul Fitri sudah menunggu Fitri sekeluarga di kampung halaman. Keharuan saat bertemu sanak keluarga yang dicintai, gelak tawa riang anak-anak, cerita-cerita pengalaman hidup saudara-saudara yang ada di rantau dan semua keindahan Iedul Fitri menyambut kita semua yang mengharapkan kasih sayang Allah.
Fitri masih terbaring lemah di kehangatan pangkuan Ibu dalam perjalanan menuju rumah Eyang. Matanya memandang jok depan disamping Bapak yang kosong. Matanya berair dan tak lama berlinang air mata. Entah apa yang dipikirkannya. Mungkin Fitri menangis bahagia karena memiliki keluarga yang sangat menyayanginya. Mungkin Fitri menangis karena bersyukur mendapatkan anugerah dari Allah berupa sakit yang didapatnya saat Hari Raya Iedul Fitri, yang membuat Iedul Fitri kali ini terasa sangat indah. Atau mungkin ... Fitri menangis karena merindukan aku, kakaknya ??? Yach .. kalo' aku masih hidup, aku pasti duduk di jok yang kosong di depan itu dan merasakan indahnya Iedul Fitri ini bersama mereka.
-was written in 3 Syawwal 1423 H (7 November 2002)
"Pak, nGgak usah ngebut ... bahaya !" kata Ibu.
"Kalau kelamaan di perjalanan nanti Fitri tambah parah Bu."
"Iya sih, tapi khan di jalanan rame begini bahaya kalo' ngebut." sahut Ibu lagi.
"Sudahlah Bu ... ," Fitri menyela lemah "Percaya saja sama Bapak." ujarnya sambil tersenyum. Semua terdiam ... senyap menyergap di tengah keramaian jalan Jogja-Semarang untuk beberapa saat.
* * *
[ beberapa jam sebelumnya ... ]
Shalat Ied di halaman Masjid At-Takwa baru saja usai. Fitri berjalan tergesa menuju rumah sambil memegangi perutnya. Sepertinya dia sangat kesakitan.
"Assalamu'alaykum" salam Fitri saat masuk rumah. Orang pertama yang dicarinya adalah ibu. Setelah sungkem di hadapan ibu dan bapak, sambil masih memegangi perutnya Fitri langsung menuju kamar tidur.
"Aduu...uuhhh ... , sakit sekali ... " Fitri tergeletak di tempat tidur, kesakitan.
"Kenapa Dek ? Sakit perut ya ?" Ibu bertanya khawatir
"nGgak tahu nih, tapi perutku rasanya sakit banget."
"Wah badanmu juga panas banget begini !" ujar Ibu sambil memegang dahi Fitri
"Bisa-bisa gejala tifus, lagi musim loh" kata Bapak "kamu istirahat aja yach."
Fitri mengangguk lemah.
Fitri adikku satu-satunya. Dia lahir saat aku berumur 5 tahun. Dan setelah itu Ibu nGgak ngasih aku adik lagi. Anaknya aktif banget ... hiperaktif mungkin (;p). Sampe sekarang pun dia masih aktif banget di kampusnya. Entah berapa organisasi dia coba masuki. Setiap ditanya, katanya pengen cari pengalaman aja. Saking aktifnya kadang-kadang capek pun nggak dirasain. Yaa.. jadinya sakit parah kaya' gitu. Baru tau rasa kalo' sakitnya pas hari raya begini :)
Jam sudah menunjukkan pukul 11.00. Gelombang tamu yang bersilaturahmi ke rumah udah abis. Kalo' udah begini biasanya kami sekeluarga siap-siap mudik ke rumah Eyang di Demak. Fitri masih saja terbaring lemah di pembaringan, bahkan nggak kuat nemuin tamu-tamu yang tadi dateng.
"Gimana dek ? Udah baikan ?" tanya Ibu.
"Belum nih Bu, masih sakit banget."
"Trus gimana dong ? Jadi ke rumah Eyang nGgak ?"
Fitri diam.
"Atau Fitri berani ditinggal sendirian di rumah ? Tapi Ibu nGgak tega ninggalin Fitri sakit sendirian." kata Ibu penuh kasih sayang. Fitri masih diam saja. "Kalo' gitu kita sekeluarga Lebaran ini nGgak usah ke rumah Eyang aja ya ? Fitri kan lagi sakit. Nanti kalo' dipaksakan malah tambah parah." lanjut Ibu.
Detak-detak jarum jam mengisi kesunyian. Muka Fitri pucat, tatapannya kosong.
"Gimana Fit ?" Ibu kembali bertanya
"Mmmm ... " Fitri diam sejenak sebelum kembali berujar, "Kita ke rumah Eyang sekarang."
"nGgak usah dipaksain Fit. nTar kamu tambah parah lagi."
"nGgak !! Pokoknya Fitri mau ke rumah Eyang."
"Tapi ... "
"Fitri jarang banget ketemu Eyang. Kalo' udah di kampus pasti nGgak bisa mudik ke rumah Eyang. Fitri pengen ketemu Eyang ... ."
Ibu terdiam bimbang
"Please ... Fitri mohon bu ... nGgak pa pa ya ? Fitri pengen ke rumah Eyang."
"Fitri ... kenapa nekat maksain mudik ke rumah Eyang ?"
" ... ," sejenak ia tercekat, " Karena ... ini Iedul Fitri." seru Fitri pelan.
" ... karena ini Iedul Fitri ... "
Ya ... Iedul Fitri. Hari Kemenangan ! Kebahagiaan Iedul Fitri sudah menunggu Fitri sekeluarga di kampung halaman. Keharuan saat bertemu sanak keluarga yang dicintai, gelak tawa riang anak-anak, cerita-cerita pengalaman hidup saudara-saudara yang ada di rantau dan semua keindahan Iedul Fitri menyambut kita semua yang mengharapkan kasih sayang Allah.
* * *
Fitri masih terbaring lemah di kehangatan pangkuan Ibu dalam perjalanan menuju rumah Eyang. Matanya memandang jok depan disamping Bapak yang kosong. Matanya berair dan tak lama berlinang air mata. Entah apa yang dipikirkannya. Mungkin Fitri menangis bahagia karena memiliki keluarga yang sangat menyayanginya. Mungkin Fitri menangis karena bersyukur mendapatkan anugerah dari Allah berupa sakit yang didapatnya saat Hari Raya Iedul Fitri, yang membuat Iedul Fitri kali ini terasa sangat indah. Atau mungkin ... Fitri menangis karena merindukan aku, kakaknya ??? Yach .. kalo' aku masih hidup, aku pasti duduk di jok yang kosong di depan itu dan merasakan indahnya Iedul Fitri ini bersama mereka.
-was written in 3 Syawwal 1423 H (7 November 2002)
Subscribe to:
Posts (Atom)