Masih dalam semangat tujuhbelasan, mari kita tengok lagi semboyan negara Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika.
Yang kita pahami? Artinya berbeda-beda tetapi satu. Banyak yang menginterpretasikan semboyan ini sebagai asas persatuan dan kesatuan bangsa meskipun Indonesia terdiri dari berbagai adat istiadat dan budaya.
Lengkapnya? Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Yang beragam itu manunggal menjadi satu, tidak ada Dharma yang mendua.
Semboyan itu cuplikan dari kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Frasa itu ada pada pupuh (mungkin semacam chapter) yang membahas bahwa Siwa dan Buddha itu sebenarnya tidak berbeda: Bhinneka Tunggal Ika.
Jadi akarnya Bhinneka Tunggal Ika itu rekonsiliasi spiritual relijius. Sesuatu yang kayaknya di Indonesia sekarang lagi hangat-hangatnya ... muslim vs non-muslim, to be frank.
Ini bukan berarti saya mau menganalogikan bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu artinya berbagai agama itu sebenernya sama saja lho ya. Tetap saja tiap agama punya core belief masing-masing.
Yang mau saya sampaikan sebenernya Bhinneka Tunggal Ika itu ekspresi monoteistik dari Mpu Tantular. Kalau mau lebih kontroversial, Bhinneka Tunggal Ika dan Inna Diina 'IndaLlahil Islam itu semangatnya sama: Monoteisme.
Ini saya juga bukan mau main klaim bahwa semboyan negara Indonesia itu semboyan Islam lho ya. Bisa saja penekanan interpretasinya pada kata Bhinneka, bukan Tunggal Ika-nya.
Ini bisa jadi berkah atau juga kutukan, bahwa bangsa Indonesia itu dari dulu orang-orangnya religius ... dan semangat keberagamaannya tinggi - super religius ... sehingga para pendahulu kita mungkin (ini mungkin lho ya) memilih semboyan Bhinneka Tunggal Ika itu supaya bangsa Indonesia masih ingat keberagaman dalam tingginya semangat keberagamaan.