Saturday, May 19, 2012

Aku, Saya dan I

-sekedar merangkum serpihan-serpihan yang terserak di twitter

Kalo' menyebut 'diri sendiri' alias memakai kata ganti orang pertama tunggal itu enaknya 'aku' atau 'saya'?

'Aku' itu asal katanya dari Bahasa Belanda: 'Ik', yang kalo' nggak salah bacanya 'eyke'. Ya.. yang diadopsi sama komunitas melambai jadi "yuukk, cyiiinn.. eyke makarena dulu, lapangan bola nih." Semacam itu lah. 'eyke' (Belanda) berasal dari bahasa Latin 'ego' dan atau Yunani 'εγώ' (epsilon gamma omega; yang juga dibaca 'ego'). Dan sepertinya akar kebudayaan manusia (yang agak lucu-lucu itu) memang dari kebudayaan Yunani. Konsep 'ego' ini trus dipanjang lebarkan sama Freud. Kalo' ada waktu boleh baca di sini. Inti-nya sih kira-kira 'ego' itu ya jati diri kaitannya sama kepribadian, kecerdasan dan bla bla bla yang saya tidak paham itu.

Sedangkan 'saya' bisa jadi datang dari bahasa Sanskrit छाया (Chhaya) yang artinya 'bayangan'. Dalam perspektif 'saya' ~ 'bayangan' rasanya lebih transendental daripada 'aku' ~ 'ego'. Walopun mungkin bagi sebagian orang, 'saya' lebih formal dan tidak egaliter dibanding 'aku'. Itu penyesatan ideologi! Sebenernya lebih songong 'aku' daripada 'saya' karena 'aku' ~ 'ego' ~ 'gue', macam "Gue dong.." atau "Gue gitu loh!" (halah, serius amat bang?). He he.. itu sih masalah rasa bahasa dan perspektif, bukan gathuk mathuk etimologi. Ketransendentalan 'saya' itu terwujud dalam sebuah pertanyaan:

Jika saya hanyalah bayangan, maka siapakah sejatinya diri ini?

Bangsa Indonesia punya khazanah bahasa yang luar biasa kaya tentang kata ganti orang pertama tunggal yang patut bikin bangga orang Indonesia. Orang Padang punya 'ambo', orang Jawa punya 'kulo' dan 'dalem', orang Bali punya 'tiang', orang Makassar punya 'nakke', orang Manado punya 'kita' atau 'torang' dari kata 'kitorang' ~ 'kita orang'. Semuanya punya nuansa transendental.

'Ambo' dan 'Kulo' itu dari 'hamba' dan 'kawulo' alias seseorang yang melayani.

Jadi, ambo hambanya siapa? Dan, kulo kawulonya siapa?

'Dalem' itu bahasa Jawa halus. Misalnya kalo' dipanggil ibuk ya jawab "dalem...". Kosakata ini menarik karena dalam bahasa Jawa, 'dalem' juga berarti rumah. Pertanyaannya...

Dalem griyanipun sinten? Dalem itu rumahnya siapa?

Orang Bali lebih eksplisit lagi karena 'tiang' itu nggak jauh beda sama 'hyang'. Bedanya 'tiang' itu punya rasa bahasa 'bumi' dan 'hyang' itu punya rasa bahasa 'langit'.

Sedangkan orang Manado memakai 'kita' sebagai kata ganti orang pertama tunggal. Nggak salah tuh? Bukannya 'kita' itu dalam bahasa Melayu dipakai sebagai kata ganti orang pertama majemuk?. Pertanyaannya:

Jika ternyata diri ini tidak sendiri, kita itu berarti sama siapa?

Yang menarik, ternyata kalo' dicari-cari kata 'I' dalam bahasa Inggris punya hubungan dengan kata انا (ána) dalam bahasa Arab yang datang dari bahasa Proto-Semitik '*ʔanāku' yang bisa jadi juga asal muasal kata 'nakke', kata ganti orang pertama tunggal dalam bahasa Makassar. Kata '*ʔanāku' (Proto-Semitik) yang artinya saya bisa jadi berhubungan dengan kata '*ainaz' (Proto-Germanik) yang artinya satu. Sehingga kata 'ána' (Arab) ini bisa jadi punya hubungan sama kata Yunani 'ένας' (epsilon nu alpha sigma, dibaca enas) dan 'uno' (Spanyol) atau 'one' (Inggris) yang arti-nya: satu. Apa hubungannya sama 'I' dalam bahasa Inggris? 'I' (Inggris) asalnya dari Proto-Germanik '*ekan'. Ya sama lah sama 'Ich' (Jerman) dan 'Ik' (Belanda) tadi, larinya ke 'ego' (Latin) juga. Tapi coba liat, 'I' (Inggris) itu sama dengan angka Romawi: I (satu). Artinya, 'ána' (Arab) ~ 'I' (Inggris), sama-sama punya keterkaitan dengan angka 1. Masuk akal sebenarnya, namanya juga kata ganti orang pertama dan tunggal.

Dimana nuansa transendentalnya 'I'? Kalo' 'I' dipandang sebagai kata ganti orang PERTAMA dan TUNGGAL pula, memang berpotensi mengkotakkan persepsi terhadap kata 'I' pada makna DIRI dan SENDIRI pula. Kecuali, kalo memandang 'I' bukan sebagai tunggal tp manunggal dan mempertunggalkan. Atau, memandang 'I' bukan sebagai satu tetapi menyatu dan mensatukan, bukan sebagai wahidun tetapi tauhid...

Dyar!! Ambyar total XD

Friday, May 18, 2012

Segeran Bu...

Itu tagline-nya mbok jamu yang suka lewat di depan rumah Mino.

Kalo' situ suka intip-intip blog saya, mungkin memperhatikan tampilan blog ini jadi lebih 'modern'. He he ... Lha iya wong template-nya saya ganti. Kenapa kok diganti? Biar ada tombol yang pernak-pernik di bawah postingan itu lho. Ndeso ya saya? Hi hi hi XD

Konsekuensinya, ada link yang kehapus, yang isinya Science Fair Guideline terjemahan saya. Tapi kok rasanya insignifikan. Trus links ke blog tetangga juga pada ilang. Tapi pelan-pelan saya restorasi.

Yang jelas, setelah tampilan blog ini serupa tapi tak sama dengan yang dulu lagi saya merasakan sedikit 'lepas dari status quo' itu asik lho ternyata. Just be curious to try something new, with the calculated risk taking.

Thursday, May 17, 2012

Ocehan Nana

Dimulakan ketika saya dan Nana ke Greenspring Shopping Center, tepat di hari ultah saya yang ke 29 versi Gregorian, saya kok jadi kepengen nyatetin ocehan-ocehannya Nana. Siapa tahu kalo' Nana udah bisa baca bisa ngiklik sendiri.

Awalnya sih cuma saya catet di status facebook, trus saya kumpulin di Notepad, dan sekarang karena lagi nggak punya kerjaan saya pindahlah catetan saya di notepad itu ke blogspot. Walhasil, inilah: Ocehan Nana

Tuesday, May 08, 2012

Prisma Pelangi

Sebenernya ini postingan telat, tapi nggak apa-apa lah. Percobaan ini udah saya bikin bulan April lalu, tapi baru saya posting di blog Mei ini. Sebab? Males nulis...

Ok, alkisah bulan lalu sebelum cuaca Spring di Baltimore berubah jadi agak Winter yang dingin dan bikin males ituh, matahari sore bersinar cerah sekali. Setelah saya posting tentang kunang-kunang cahaya, saya jadi tertarik untuk bikin pelangi untuk Nana. Membuat sepotong pelangi tepatnya.
Ada banyak cara untuk bikin pelangi: dengan seember air dan kaca (tapi saya nggak punya kaca portabel), atau dengan water spray (tapi pelanginya cuma muncul tipis dan sesaat), atau dengan ... PRISMA!

Bikin pelangi dengan prisma itu textbook banget. Kalo' baca buku pelajaran tentang dispersi cahaya dijamin ada gambar prisma segitiga dilewatin sinar putih trus sinarnya terdispersi jadi pelangi. Tapi apakah Anda pernah mencoba bikin sendiri percobaan macam yang ada di gambar-gambar di buku itu? Jangan-jangan gambarnya cuma hoax tuh?! Wekekekeee... nggak ding kalo' hoax. Tapi pengalaman bikin pelangi sendiri itu, yakin, tak tergantikan sama gambar yang ada di buku itu.
So... mulailah saya bikin improvisasi percobaan prisma pelangi berbasis bahan rumahan

Bahannya sederhana: plastik mika keras, saya pakai bungkus lampu kayak yang di gambar inih:


Potong 3 buah bujur sangkar 1 inch x 1 inch dan 1 buah segitiga sama sisi dengan sisi 1 inch. Lalu, rekatkan potongan2 plastik mika keras itu tadi dengan lem bakar (lem tembak/lem silikon) sehingga terakit sebuah prisma segitiga tanpa tutup. Kemudian, isi prisma tersebut dengan air. Trus biar kayak di buku-buku textbook, ya potonglah karton (saya pake karton sereal) yang dibikin "jendela" kecil untuk lewat sinar matahari seperti gambar di bawah:


Ubah-ubah posisi prisma terhadap cahaya sampai keluar dispersi pelangi-nya.
Selain pakai "filter", prisma rumahan ini juga bisa dipake free-hand, citra pelangi-nya bisa "dipegang" hehehe. Ini Nana lagi "pegang" pelangi:


Kalo' tambah sore, dan sudut datang cahaya matahari-nya berubah, "filter"-nya juga bisa diubah-ubah posisi-nya. Adjusting ini bagian yang paling menyenangkan dari sebuah percobaan. Dan "Aha!" adalah ketika potongan pelangi-nya muncul.

Naaahhh... kalo' di-close up, potongan pelangi-nya tampak kayak gini:


Trus, saya iseng-iseng bikin proyeksi lintasan cahayanya. Dan saya baru sadar, kalo' selain menampilkan dispersi cahaya, prisma rumahan ini juga menampilkan fenomena cahaya yang lain: PEMANTULAN SEMPURNA!

Garis warna putih itu cahaya datang matahari dan cahaya matahari yang keluar dari prisma akibat pemantulan sempurna. Garis yang oranye itu garis perkiraan saya terhadap lintasan cahaya matahari yang terbiaskan di dalam prisma. Garis yang kuning itu garis dispersi pelangi-nya.

Well, gimana? Pengen nyoba bikin sendiri nggak? Gampang lho bikinnya...

Tuesday, May 01, 2012

Gambarnya DFT

Karena sempet nyinggung soal Teori Bunga Rumput a.k.a. Dandelion Flower Theory #dft di Twitter, tampaknya saya perlu nempelin gambar di sini soalnya gaptek dan nggak merasa nyaman nempelin gambar di Twitter.



Gambar ini saya tempel, khususnya, utk Nana. Hehehe.



Singkatnya, In.1 - In.4 itu input belajar: 1) apa yang dibaca, 2) apa yang dilihat, 3) apa yang dialami, dan 4) apa yang didengar. Input yg beragam itu diproses pada segitiga P = Proses berPikir. Secara sederhana proses berpikir itu generating the question (?) - finding the answer (!) - checking the answer (?). Proses itu menghasilkan Out(put): pengetahuan. Pengetahuan yang matang menjadi benih-benih ilmu dan perilaku. Ketika datang angin Momentum (M) benih-benih itu tersebar.

Belajar ibarat bunga Dandelion yang menyerap saripati tanah, kemudian mensintesis benih-benih yang siap diterbangkan angin.

Entah kenapa kok saya lagi males nulis banyak ya... Jadi saya cuma bisa nulis ringkasannya aja. Hehehe. Kalo' ada pertanyaan sumonggo, bisa lewat komen bisa lewat @arkhadipustaka ;)