Fred Rogers adalah seorang pembawa acara sebuah program untuk anak yang tayang di televisi publik Amerika Serikat dari tahun 1968 sampai 2001. Programnya berjudul “Mister Rogers Neighborhood”. Program ini adalah program pendidikan anak yang menitikberatkan pada pentingnya “expression of care”, bahwa setiap orang adalah unik dan spesial.
Mr. Rogers punya latar belakang pendidikan musik, dan memang berbakat di bidang musik sejak kecil. “Music is my first language,” ujar beliau. Melalui denting piano, Mr. Rogers mengekspresikan rasa senang, sedih dan bahkan kemarahan. Bakat musiknya ini menjadi bekal untuk terjun ke dunia pertelevisian. Yang menarik, keputusannya untuk bekerja di industri media televisi bukanlah karena beliau ingin mengekspresikan bakat musiknya melainkan didorong oleh kebenciannya terhadap konten televisi yang dangkal dan tidak mendidik.
Di tahun-tahun pertamanya di industri pertelevisian, 1950-an, sembari bekerja Mr. Rogers mengambil studi keagamaan di Pittsburgh Theological Seminary. Beliau juga mengambil program master di bidang Perkembangan Anak di Pittsburgh University. Usai ordinasi dari Seminari, Mr. Rogers tidak ditugaskan menjadi pendeta melainkan diminta untuk meneruskan apa yang telah dia kerjakan di bidang pendidikan anak melalui medium televisi. Lahirlah program “Mister Rogers Neighborhood”. Tanpa harus membawa nama agama, Mr. Rogers menyebarkan salah satu nilai mendasar dari agama: kemanusiaan.
Pesan-pesan yang dibawa Mr. Rogers sangat konsisten dengan tema “the expression of care”. Misalnya, “you are special just the way you are” atau “show and tell what the good in life is all about”. Ketulusan dan kepiawaian Mr. Rogers membawakan acaranya setiap hari memikat hati anak-anak. Banyak testimoni yang menyatakan bahwa Mr. Rogers membuat mereka merasa ada dan spesial. Kata-kata yang dipilih oleh Mr. Rogers disusun sedemikian rupa sehingga pemirsa merasakan bahwa Mr. Rogers berbicara langsung kepada mereka. Dalam 33 tahun karirnya berkarya melalui “Mister Rogers Neighborhood”, Mr. Rogers menjelma menjadi tetangga terbaik yang pernah dimiliki oleh anak-anak Amerika.
Begitu berkesannya Mr. Rogers bagi anak-anak Amerika di era 70-90-an sampai-sampai kriminal pun segan dengan Mr. Rogers. Ada sebuah anekdot yang menceritakan pada suatu hari mobil Mr. Rogers dicuri orang. Namun hari berikutnya, mobil tersebut kembali dengan secarik catatan “I am sorry, I didn’t know that this car is yours. Had I known that this car is yours, I wouldn’t steal it in the first place”. Kurang lebih seperti itu.
Mr. Rogers wafat di usia 74 tahun karena kanker saluran pencernaan pada tahun 2003. Meskipun beliau telah tiada, karya-karya-nya masih relevan dengan kondisi kita saat ini. Bedanya, dominasi media sudah mulai beralih dari televisi ke Internet. Atau lebih spesifik lagi, media sosial.
Tidak sedikit dari kita yang mulai jengah dengan konten media sosial. Gelap. Dangkal. Tidak mendidik. Frustrating. You name it. Apa yang bisa kita lakukan? Tak perlu reaktif, namun tak perlu juga kita diam. Kita baca berita yang penuh kegelapan seperti berita Donald Trump ataupun tragedi kemanusiaan di sana-sini. Kita terima berita itu sebagai kenyataan. Namun, tidak perlu kita ikut membesar-besarkan. Ketika dunia tampak begitu gelap, masih ada kebaikan-kebaikan di dalam hidup, di sekitar kita. Seperti kata Mr. Rogers, “show and tell what the good in life is all about.”
Kanjeng Nabi Muhammad SAW., ketika hijrah ke Madinah, memberikan nasihat kepada kaum Muhajirin dan Anshar: “Yaa ayyuhan-naasu afsyuus-salaam...”. Wahai sekalian manusia tebarkanlah salam ... tebarkan kasih, tebarkan keberkahan, tebarkan kedamaian. Secara literal, pesan ini dapat dimaknai sebagai perintah untuk mengucapkan salam kepada orang lain baik ketika berjumpa maupun berpisah. Namun dalam konteks kekinian, menebarkan salam itu dapat juga berlaku ketika kita menuliskan status di media sosial. Sudahkah kita menebarkan salam? Sudahkah kita menebarkan kebaikan?
Cukuplah berita mengenai kegelapan dunia itu dikabarkan oleh awak media seperti CNN atau BBC News, karena itu adalah tugas mereka. Kita sebagai individu memiliki kehidupan. Di dalam kehidupan kita ada hal-hal baik yang dapat kita bagikan melalui media sosial. Let us express our care. Bring courage. Jadilah tetangga yang baik di media sosial. Tebarkan salam.