Pemilihan Umum itu bukan ujian pilihan ganda dimana ada satu pilihan jawaban benar.
Pemilihan Umum itu memilih pemimpin dan anggota legislatif yang cocok dengan aspirasi kita.
Yang namanya aspirasi itu tentunya macam-macam. Contohnya sederhana ni ya, saya pilih Pak Jokowi karena saya suka dengan program pemerataan pembangunannya, sesuai dengan prinsip "No One Left Behind". Tapi mungkin ada orang yang tidak suka dengan Pak Jokowi (sehingga nggak milih beliau) karena mungkin kecewa dengan kinerja Pak Jokowi di bidang lain, seperti misalnya penuntasan kasus HAM 1998 yang nggak selesai-selesai.
Sekali lagi pemilu itu bukan masalah benar dan salah. Tapi masalah cocok atau tidak.
Dan, kita bebas memilih. Kalau mau meyakinkan orang lain untuk memilih itu argumennya bukan mana yang lebih benar, tapi mana yang lebih cocok dengan aspirasi kita. Kalau argumennya "saya lebih benar dari Anda" ya jadinya ribut. Mbok ya sudah dibawa selow, saya cocoknya begini njenengan cocoknya begitu.
Besok lagi kalau ada pemilu, tolong diingat-ingat ya. Kita memilih itu bukan masalah memilih mana yang lebih benar, tapi kita memilih yang cocok dengan aspirasi kita. Perlu saya ulang berapa kali supaya paham? Pemilu itu masalah cocok-cocokan. Jadinya nggak perlu lah gontok-gontokan.