Prof. Iwan Pranoto, Guru Besar Matematika ITB dan pegiat pendidikan, memprotes penggunaan kata peserta didik. Menurut beliau, kosakata kita sudah cukup banyak yang lebih simpel dan bermakna lebih dalam dibandingkan dengan peserta didik. Kita punya kosakata siswa, pelajar, dan murid.
Penggunaan kata peserta didik, menurut beliau, mereduksi posisi anak-anak menjadi sekedar peserta (yang secara implisit tidak memiliki agensi) dari sebuah kegiatan pendidikan. Lalu bagaimana dengan kosakata lain yang kita miliki?
Siswa adalah kata serapan dari Bahasa Sanskrit शिष्य (baca: sishya) yang memiliki makna "seseorang yang layak mendapatkan instruksi dari seorang Guru". Dalam hal ini, siswa memiliki makna implisit bahwa seseorang harus memenuhi standar kelayakan terlebih dahulu sebelum mendapatkan instruksi dari seorang Guru. Konteks aslinya standar kelayakan tersebut bersifat spiritual, dimana siswa diharapkan telah memiliki adab dan perilaku yang menunjukkan bahwa dia siap untuk menerima instruksi atau ilmu dari sang Guru.
Kata siswa juga terkait dengan kata "syah" yang bermakna "raja" dalam Bahasa Hindi/Persi/Arab. Syah atau raja adalah pihak yang memiliki kehendak. Sedangkan "sisyah" adalah objek yang menjalankan kehendak dari raja tersebut. Baik "peserta didik" maupun "siswa" secara inheren menyiratkan bahwa anak-anak dalam proses pembelajaran adalah pihak yang mengikuti atau menerima instruksi dari guru. Sebaliknya, "pelajar" dan "murid" memiliki makna implisit dimana anak-anak merupakan pihak yang terlibat aktif di dalam proses pembelajaran. Boleh dibilang kalau "peserta didik" dan "siswa" adalah penamaan dengan landasan kepercayaan epistemologis Behaviorisme. Sedangkan "pelajar" dan "murid" adalah penamaan yang dilandasi Konstruktivisme.
Pelajar adalah seseorang yang melakukan ajar. Ajar sendiri bermakna berlatih; seperti yang ada pada Bahasa Jawa. Oleh karenanya kata pelajar merupakan kata pelaku aktif. Dengan pola konstruksi kata yang sama, kita juga memiliki kosakata pemelajar yang berasal dari akar kata belajar yang ditambahi awalan pe-. Kata pemelajar ini adalah kata yang paling dekat dengan kata "learner" dalam Bahasa Inggris.
Sedangkan, murid adalah kata serapan dari Bahasa Arab. Akar katanya adalah a`rada - yu`ridu - muriidan yang bermakna "seseorang yang memiliki kehendak (yang ekstensif atau dalam rentang waktu yang panjang) untuk melakukan sesuatu". Kita terkadang mendengar kata dalam Bahasa Arab "iradat" yang bermakna "kehendak". Artinya secara inheren, kata murid memiliki makna bahwa anak yang belajar itu seseorang yang memiliki kehendak (iradat) untuk menuntut ilmu dalam rentang yang lama - bahkan mungkin sepanjang hayat.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Prof. Iwan Pranoto, dalam hal menamai seseorang yang belajar, Bahasa Indonesia memiliki pilihan kata yang cukup banyak. Pemilihan kata tersebut mau tidak mau membawa makna inheren dari setiap kata. Tinggal kitanya yang memakai; apakah kepercayaan epistemologis kita lebih cocok dengan Behaviorisme ataukah Konstruktivisme?
No comments:
Post a Comment