Bulan ini tadinya nggak ada pertanyaan yang menurut saya cukup menggelitik untuk ditulis di sini. Dan kebetulan saya masih berkutat baca buku-nya Anita Rosen, e-Learning 2.0 Proven Practices and Emerging Technologies to Achieve Real Results, yang menurut saya belum terlalu kena bagian e-Learning 2.0-nya tapi cukup kasih pencerahan tentang e-learning secara keseluruhan.
Salah satu "pencerahan" yang saya dapet waktu baca buku ini adalah jawaban mengenai "kenapa sih kok pada getol promosi e-Learning?", atau mungkin ada yang nyela "situ latah ya pake e-Learning?" Hehehe...
Bagaimana pun moda pembelajaran baik tatap muka kelas ataupun e-learning, baik itu pembelajaran mandiri, berkelompok ataupun klasikal, baik itu ... ah sudahlah, intinya semua moda punya kelebihan (dan kekurangan masing-masing). Ibarat moda transportasi, mana yang lebih baik, sepeda, mobil atau bus kota? Jawabannya: ya tergantung keperluan, tergantung konteks, tergantung tujuannya mau ngapain.
Suatu moda pembelajaran dipilih umumnya berdasarkan kelebihan yang dimiliki untuk mengatasi problem yang spesifik, tentu dengan tidak melupakan potensi kekurangannya juga. Lalu apa kelebihan e-learning? Ada yang memandang e-learning unggul dalam ROI (return of investment) jangka panjang (Conrad, 2000). Ada yang bilang e-learning itu fleksibel, pembelajar bisa mengatur kapan dia mau belajar, secepat apa dia mau belajar, darimana dia mau belajar (asal ada koneksi ke internet). Ada yang bilang fleksibilitas e-learning itu termasuk dalam hal kemudahannya di-update. Jadi kalo' ada perkembangan ilmu terbaru, langsung bisa dimasukkan tanpa harus cetak ulang macam buku cetak panduan pelatihan atau lembar kerja siswa (yg lagi heboh ituh).
Semua pendapat tadi bener sih. Tapi Anita Rosen dengan cerdas spot out kelebihan e-learning: SKALABILITAS. Skalabilitas ini nanti ada kaitannya juga dengan rendahnya biaya implementasi yang menyebabkan ROI jangka panjang e-learning jauh lebih baik dari tatap muka. Yang dimaksud dengan skalabilitas di sini adalah bahwa dalam implementasi e-learning sedikit pengelola e-learning mampu melayani sekian banyak pengguna e-learning. Sebagai contoh sukses, National Semiconductor hanya memerlukan 20 personel untuk menyelenggarakan pelatihan untuk 8.500 orang! Dengan menggunakan e-learning tentunya... Bayangkan kalo' 20 personel unit pelatihan itu harus menyelenggarakan pelatihan tatap muka. Katakanlah dalam satu rombongan belajar (rombel) ukurannya 40 orang dan dibutuhkan waktu 3 hari pelatihan per rombel. Butuh 1275 hari! 3,5 tahun!! (zoom in zoom out zoom in zoom out). Kalo' dengan e-learning, 8,500 orang bisa diproses dalam waktu kurang lebih 1-2 bulan saja. See? That's the scalability of e-learning.
Keunggulan lain e-learning juga ada pada kemampuannya berperan sebagai repositori. Pernah denger cloud computing kan? Data-data sekarang ditaruh di "awan", di Internet. Kalo' mau kerja ya tinggal buka Internet, trus kerja deh. Dengan repositori itu rekam jejak belajar seseorang jadi mudah dievaluasi. Dengan repositori juga, beban belajar bisa diminamilisir untuk kompetensi tertentu. Kok bisa? Kalo' misalnya kompetensi yang diharapkan adalah menyajikan informasi non-real-time jadi nggak perlu menuntut orang "menghafalkan" konten, cukup "menghafalkan" jalan menuju konten. Ibarat paket data 16 bit, cukup 2 bit header-nya saja yang "diingat" kontennya tidak perlu.
Ok, jadi mudahnya ada dua alasan penting kenapa e-learning dipakai:
- skalabilitasnya tinggi
- repositorik
Namun dibalik keunggulan itu juga ada potensi kekurangan seperti bahwa e-learning itu cenderung bersifat pembelajaran mandiri, kemanfaatan belajarnya sangat tergantung pada motivasi belajar murid. Walaupun bisa aja sih ngeles, "motivasi kan bisa di-engineer, mbuh piye carane". E-learning juga masih menghadapi resistensi seperti "Ha di tempat kami boro-boro Internet, komputer aja nggak ada! Listrik juga byar pet!!" ...tapi BB ada ya Bu ya? :p
Di bagian yang lain dari bukunya, Rosen juga menunjukkan bahwa resistensi terhadap implementasi e-learning itu sebuah kewajaran, bahkan keniscayaan. Membuat orang mengalami sendiri kemanfaatan e-learning untuk mengatasi permasalahan yang memang pas diselesaikan dengan e-learning adalah kunci mengatasi resistensi tersebut.