Dalam era titik enol titik enol ini, banyak yang kemudian berpendapat bahwa belajar membaca itu nggak harus dari buku. Ada yang berpendapat kalau baca status fesbuk, atau twitter, atau forum online, itu sudah bisa menggantikan kegiatan baca buku. Ada juga yang berpendapat karena sekarang era multimedia, nonton video Yutub yang bermanfaat atau mendapatkan informasi sejarah dari main game online itu juga sudah bisa menggantikan kegiatan baca buku.
Well, mungkin ada benarnya. Tapi kegiatan baca buku itu basis fundamental yang tidak tergantikan. Teknologi yang paling mendekati yang bisa menggantikan kegiatan membaca buku itu mendengarkan audiobook. Itu pun masih ada komponen pengalaman dan keterampilan yang hilang.
Imajinasi yang berpendaran seperti kembang api.
Sinapsis sinapsis kognitif yang terjalin presisi.
Perasaan yang muncul ketika secara spontan kita melelehkan air mata karena tergerak hatinya
Kepuasan yang muncul ketika secara spontan kita bilang "Oh!" atau "Aha!"
Keterampilan membaca dengan kritis yang terbentuk dari mengikuti alur pemikiran penulis buku.
Refleks untuk membuka alam pikiran kita pada lembaran-lembaran baru.
Pengalaman-pengalaman yang begitu itu tidak bisa tergantikan oleh media lain. Jika ada media yang bisa memenuhi satu aspek, pasti ada aspek lain yang terlewat.
Jadi memang kadang solusinya kuno: Baca. Iqra.
No comments:
Post a Comment