Aslinya "l'exploitation de l'homme par l'homme" yang kata teman baik saya dipopulerkan Pak Karno kala itu. Artinya kurang lebih eksploitasi manusia atas manusia yang lain. Pada saat itu mungkin konteksnya adalah imperialisme dimana satu bangsa menjajah bangsa yang lain. Pada saat ini, konteksnya mungkin kapitalisme dimana pemilik modal mengeksploitasi kelemahan orang lain semata-mata demi kepentingan kapital.
Contoh paling keliatan hari ini adalah bagaimana McD mengeksploitasi cinta buta para penggemar BTS dengan menjual produk yang sebenernya biasa saja jika tidak dilekati embel-embel dan promo tajir melintir. Tapi ya begitulah manusia, mudah silau, mudah lupa, dan mudah dimanipulasi.
Saya tidak sedang ingin memahami fenomena. Karena menurut saya hal-hal seperti itu tidak perlu dipahami. Cukup diterima saja sebagai kenyataan yang sedang terjadi. Ha trus gimana? Pripun Pak Ageng .. kalo istilah Mister Rigen.
Apa ya trus kita pake acara boikot memboikot hal hal yang berbau kapitalisme? Ayakkk ... ya imposibel.
Menurut saya, ndak perlu boikot-boikotan ... yang diperlukan itu memperbaiki mindset dari diri kita sendiri, mendawamkan hal-hal sederhana ... kalo bahasa kerennya mungkin developing micro-habits yang lebih sehat; baik dalam kerangka kesehatan fisik, mental, maupun ekonomi masyarakat seperti biasakan belanja ke warung sebelah. Sekali-kali belanja di supermarket ya nggak apa-apa tapi porsinya diratakan gitu biar yang usaha kecil juga dapet. Jajan juga begitu. Sebisa mungkin kalo jajan ya nglarisi pedagang kecil-kecilan, bukan melulu ke pemain besar macam McD atau KFC. Ning ya nggak perlu boikot. Toh yang kerja jadi pelayan-pelayan di pemain besar itu juga sama-sama orang susah macam kita.
Seperti kata orang di Internet, kita sengsara bersama di dalam badai yang sama meskipun pemilik kapital itu sengsara-nya di kapal cruiser yang besar dan yang kelas teri macam kita sengsara-nya di kapal kayu kecil yang bocor-bocor ...
No comments:
Post a Comment