Bagaimana manusia belajar?
Pertanyaan itu merupakan salah satu pertanyaan besar yang berusaha dijawab oleh banyak orang. Pertanyaan ini menjadi penting karena memahami bagaimana manusia belajar dapat mempengaruhi bagaimana pendidikan (sebagai sebuah institusi yang hanya dimiliki makhluk yang namanya manusia) diselenggarakan.
Ada kurang lebih empat sampai lima aliran besar yang berusaha menjelaskan bagaimana manusia belajar. Dan bila kita melihat angka tahun dicetuskan ide-ide yang mendasari aliran itu, kita dapat menginferensikan bahwa pemahaman manusia tentang bagaimana mereka belajar itu mengalami evolusi.
Yang pertama adalah aliran Behaviorisme. Proponen utama teori ini adalah Ivan Pavlov melalui idenya tentang 'conditioning' (1897) dan B. F. Skinner dalam bukunya Behaviour of Organism (1938). Kurang lebih paham ini mengatakan bahwa belajar adalah rangkaian stimulus-respons. Dari pengamatan mereka terhadap anjing (Pavlov) dan Tikus/Merpati (Skinner), mereka menyimpulkan bahwa seseorang dikatakan belajar apabila orang tersebut menunjukkan respon sesuai dengan stimulus yang diberikan. Saya menyebutnya 'performance based'. Belajar dalam paham Behaviorism adalah sesuatu yang harus dapat diamati, ada buktinya, objektif. Implikasinya adalah standarisasi, latihan soal (Skinner's Machine, drill and practice) dan tes. Dalam kerangka Behaviorism pengetahuan itu ada 'di luar sana' dan si belajar harus 'mendapatkan' pengetahuan itu.
Yang kedua adalah aliran Kognitif-Konstruktivisme. Proponen utama teori ini adalah Jean Piaget dalam bukunya The Origin of Intelligence in the Child (1953) dan Jerome Bruner dengan idenya tentang 'representasi' (1967). Kurang lebih paham ini mengatakan bahwa si belajar adalah agen aktif dari proses belajar. Pengetahuan adalah sesuatu yang dikonstruksi oleh si belajar, bukan sesuatu yang 'ada di luar sana'. Ide konstruktivisme (yang umumnya dipopulerkan oleh psikolog-psikolog pendidikan dari Amerika) ini kemudian berkembang dengan diterbitkannya kumpulan ide Lev Vygotsky, seorang psikolog pendidikan dari Soviet, dalam buku Mind in Society (1987) yang menyatakan bahwa konstruksi pengetahuan itu terjadi dalam lingkungan sosial.
Evolusi pemikiran mengenai bagaimana manusia belajar di akhir abad 20 dan awal abad 21 sekarang ini berkembang ke dua arah yang berbeda namun komplementer (menurut saya). Ada peneliti dan psikolog pendidikan yang kemudian berusaha memahami bagaimana manusia belajar dari aspek neurosains, bagaimana otak kita bekerja secara sistematis. Aliran ini kita sebut saja Kognitif-Neurosains. Ada pula peneliti teori belajar yang berusaha menjelaskan belajar sebagai fenomena sosial. Aliran ini kita sebut saja Sosiokultural-Konstruktivisme.
Salah satu teori belajar yang masuk di bawah payung Sosiokultural-Konstruktivisme adalah Cognitive Apprenticeship yang dicetuskan oleh Jean Lave dan Etienne Wenger dalam buku mereka Situated Learning: Legitimate Peripheral Participation (1991). Mereka meneliti bagaimana orang belajar di komunitas penjahit di Afrika, bagaimana orang belajar di Al Azhar, dan bagaimana orang belajar di komunitas Alcoholic Anonymous di Amerika. Benang merah dari komunitas belajar yang berbeda-beda tersebut adalah bahwa belajar terjadi melalui interaksi keseharian antara si belajar dengan sang master, baik master penjahit di komunitas penjahit di Afrika, ahli ilmu agama di Al Azhar ataupun seseorang yang telah sukses mengatasi kecanduan alkoholnya di komunitas Alcoholic Anonymous. Di Jawa, kita mengenal Cognitive Apprenticeship dengan istilah 'ngenger'.
Usaha untuk memformalisasi jawaban atas pertanyaan 'bagaimana manusia belajar' akhirnya kembali pada pengalaman individu masing-masing. Toh, setiap individu memiliki pengalaman unik dalam hal belajar. Ada yang mungkin cocok dengan aliran Behaviorisme. Ada pula yang mungkin cocok dengan aliran Sosiokultural-Konstruktivisme. Atau kecocokan itu bisa juga tergantung pada apa yang akan dipelajari alias tujuan belajarnya. Ide ini kemudian menjadi paham tersendiri, sebut saja paham Holistik-Eklektik.
By the way, bagaimana menurut Anda? Bagaimana manusia belajar?
No comments:
Post a Comment