Definisi informal "trolling" itu adalah "make a deliberately offensive or provocative online post with the aim of upsetting someone or eliciting an angry response from them". Yang begini ini banyak terjadi dalam lingkungan MMORPG (alias game online) dan media sosial terlebih pada masa Pemilu sekarang.
Trolling itu salah satu bentuk cyberbullying. Solusi yang sifatnya kuratif ada beberapa yang saya tahu. Yang pertama tentu "blocking" atau "banning". Kalau di media sosial mungkin kemudian ada yang "unfriend". Tapi kalau "unfriend" dirasa terlalu radikal, bisa "unfollow".
Solusi kedua yang saya tahu itu "ignore". Ketika anda menanggapi "troll" istilahnya "you're feeding the troll". Sekalinya anda menanggapi, dibalik layar gawai digital mereka para "trolls" itu mungkin ketawa-ketiwi sendiri merasa sukses. Jadi ya biarkan saja. Kalau dibiarkan saja kemudian perilaku trolling-nya menjadi-jadi maka kembali ke solusi pertama.
Yang repot mungkin kalau di media sosial, ada "troll" yang menunggangi status-status kita yang setting-nya publik. Solusi terakhir yang saya tahu untuk kasus ini ada tiga. Pertama, tanggapi sekali saja dengan kalimat semacam "stop trolling on my status". Kedua, klik tombol "report", sehingga platform media sosial yang bersangkutan yang mungkin akan mengintervensi (walaupun belum tentu juga). Yang ketiga, khusus untuk facebook, kalau kita berteman dengan troll-nya, kita bisa set Custom Privacy: Public except [nama troll-nya].
Yang lebih penting sebenernya adalah jangan sampai kita malah juga jadi "troll", alias kita melakukan usaha preventif mulai dari diri kita sendiri. Dalam dunia cyberbullying, antara victim dan bully itu perpotongan diagram Venn-nya sangat besar, bisa di atas 80% (menurut data penelitian yang saya lakukan pada tahun 2016). Saking mudahnya berbalas posting, yang tadinya victim bisa berbalik jadi bully dan sebaliknya. Istilahnya untuk mengatasi "trolling" adalah dengan "be a buddy, not a bully", jadilah teman, bukan preman.
No comments:
Post a Comment