Setiap pekerjaan memiliki beban kognitif, alias seberapa sulit pekerjaan itu dilakukan.
Belajar itu bisa dimaknai sebagai proses untuk menurunkan beban kognitif dari suatu pekerjaan yang bersangkutan. Well, mungkin nggak sepenuhnya tepat, tapi begini maksud saya.
Contohnya kalau seseorang tidak bisa berbahasa Inggris, lalu diminta untuk memahami sebuah kalimat berbahasa Inggris, tentu orang tersebut mentok, tidak bisa mengerjakannya, ada beban kognitif yang sangat besar karena tidak adanya informasi penunjang dalam memori jangka panjang orang yang bersangkutan. Namun, ketika orang itu kemudian pelan-pelan belajar bahasa Inggris, beban kognitifnya lama-lama berkurang sampai tingkatan dimana orang ybs. lancar menerjemahkan sebuah kalimat bahasa Inggris. Tapi bukan berarti beban kognitifnya menjadi 0. Kalau kalimatnya ditambah menjadi sebuah paragraf, dan paragraf menjadi sebuah bab, dan bab menjadi sebuah buku, beban kognitifnya besar juga. Bukan karena orang ybs. tidak mampu menerjemahkannya, namun beban kognitifnya berasal dari volume pekerjaannya. Di sinilah Google Translate menjadi sangat membantu.
Curang? Enggak dong. Kan emang tersedia alatnya.
Dengan Google Translate yang sudah semakin cerdas karena semakin sering dipakai dan dikoreksi oleh buanyak sekali orang, pekerjaan menerjemahkan itu tinggal proof-reading saja, pengecekan kepantasan dan konteks kalimat. Lagi lagi, beban kognitifnya jadi lebih rendah.
Ini namanya Computational Thinking (CT) alias Berpikir Komputasional.
Secara umum definisi CT itu adalah proses pemecahan masalah dengan menyadari bahwa kita punya teknologi (atau teman) yang bisa membantu kita, sehingga bagaimana caranya kita memanfaatkan teknologi (atau teman kita) itu supaya beban kognitif proses pemecahan masalahnya jadi jauh lebih ringan.
Begitu, Ferguso. Hehe.
No comments:
Post a Comment