Ini tentang konflik Timur Tengah yang saya tahu sedikit-sedikit dari berita dan media sosial. Tapi mungkin juga tentang sesuatu yang lain.
Ketika berita pembunuhan Jenderal Soleimani oleh trump keluar, saya pribadi merasa "kurang ajar bener ini si trump". Tapi setelah baca-baca lagi, ternyata memang permasalahannya tidak bisa dilihat se-hitam-putih itu.
Dari situs berita dan twitter, kita tahu baik trump yang amoral itu dan Jenderal Soleimani dua-duanya berlumur darah.
Saya jadi mikir ... kenapa ketika kita melihat suatu konflik, dalam hal ini konflik Timur Tengah, ada kecenderungan liatnya hitam putih. Siapa jagoannya siapa penjahatnya. Apa saya kebanyakan nonton filem Avengers?
Hal ini mungkin berlaku untuk pokok bahasan lain: mana yang salah, mana yang benar, mana yang baik, mana yang jahat ... itu mungkin kecenderungan umum manusia untuk mencari perbedaannya. Apalagi ketika pilihan yang disajikan disederhanakan jadi dua seperti Jokowi vs. Prabowo, atau Demokrat vs. Republikan, atau Iran vs. Amerika. Kita selalu ingin tahu, mana jagoannya.
Repotnya, dalam konteks sosial-politik, perbedaan hitam dan putih itu nggak sekontras kotak-kotak papan catur. Saya jadi bertanya, apakah pertanyaan "mana jagoannya" itu patut ditanyakan dalam konteks seperti itu? Mungkin kitanya yang salah bertanya.
Trus harusnya tanyanya gimana dong? 5W1H.
Desakan keinginan untuk tahu mana jagoannya itu mungkin karena kita ingin menyederhanakan permasalahan dan melompat pada bagian kesimpulan, tanpa harus pusing mikir konteks dan lain sebagainya.
No comments:
Post a Comment