Itu grafik nilai Matematika PISA 2022 (sebagai indikator kualitas pendidikan) dari 38 negara yang dipetakan terhadap Pendapatan Per Kapita negara ybs. di tahun yang sama. Meskipun untuk menarik kesimpulan kausalitas Kita mesti berhati-hati, korelasi antara kedua ukuran tersebut positif: 0.581. Limitasinya tentu saja, nilai PISA itu diukur dari anak SMP dan pendapatan per kapita itu gambaran makro ekonomi sebuah negara pada saat itu. Tapi karena nilai PISA kita bertahun-tahun stabil rendahnya, saya rasa nggak apa apa lah mencoba melihat korelasi kedua ukuran tersebut.
Bisa dilihat, negara2 yang skor PISA (Matematika) nya di bawah 450, hampir bisa dipastikan Pendapatan Per Kapita nya di bawah 25 ribu USD per tahun. Pengecualiannya hanya tiga negara yang saya tandai dengan warna hijau: Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Ketiganya negara minyak.
Sebaliknya, negara2 yang skor PISA (Matematika) nya di atas 450, hampir bisa dipastikan Pendapatan Per Kapita nya di atas 25 ribu USD per tahun.Pengecualiannya hanya dua negara: Turkiye dan Viet Nam. Kedua negara tersebut memilki pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dalam satu dekade terakhir. Dan nampaknya, kedua negara tersebut meletakkan fondasi pertumbuhan ekonomi-nya pada perbaikan mutu kualitas pendidikan seperti yang dilakukan Jepang dan Korea Selatan pasca perang dunia kedua.
Tapi memang sekali lagi, hubungan korelasional itu belum tentu kausalitas. Jika pun kausalitas, Kita harus bertanya apakah karena pendapatan per kapita-nya rendah lalu kualitas pendidikan-nya buruk ataukah sebaliknya karena kualitas pendidikannya buruk sehingga pendapatan per kapita-nya rendah. Ini semacam pertanyaan mana yang duluan, ayam atau telur. Di dalam kerangka teori evolusi, jawabannya yang duluan itu telur. Paralel dengan itu, nampaknya kualitas pendidikan yang buruk berkontribusi terhadap pendapatan per kapita yang rendah.