Wednesday, August 16, 2006

Mas Bambang Supir Taksi

29 April 2006. Saat itu aku nGgak bisa mengatur mood-ku. Dan bayarannya atas kecerobohan itu adalah patah tangan, os metacarpal digiti V. Gara-gara itu, beberapa pekerjaan terbengkalai dan aku harus memulai dari awal lagi. Start all over again. Tapi gara-gara itu juga aku jadi pengkonsumsi taksi untuk beberapa hari. Dan menemui sebuah serpihan kehidupan yang cukup menarik.

Kebetulan masalah taksi menaksi, mama-ku jagonya. Mama punya beberapa langganan supir taksi. Salah satunya adalah Mas Bambang. Supir taksi yang satu ini tampilannya modis dan masih muda. Gaya bicaranya juga gaul. Walopun cuma bicara satu dua patah kata dengannya, aku merasa ada yang tidak biasa sama orang ini.

"Mau kemana mas?" tanya mas Bambang setelah aku duduk di sampingnya.

"Sarjito."

"Wah, tangannya kenapa mas?"

"Patah."

"Latihan karate-nya terlalu serius tu."

Aku cuma tertawa kecil. "Sok tau .." batinku.

"Oiya, nama saya Bambang. Saya supir langganannya Ibu lho," kata dia. Aku cuma manthuk-manthuk. "Mas-nya kok nGgak naek mobil sendiri? Kan yang patah cuma tangan kanan. Nyopir pakai tangan kiri aja bisa lho mas." dia nyerocos panjang lebar. Dasar supir taksi nGgak ada matinya.

"Oo .. bisa to mas?!" aku menyahut dan berusaha tampak excited.

"Wooo ... bisa mas. Nih liat ..." mas Bambang langsung beratraksi pindah gigi dengan lepas stir dan mengemudi pakai satu tangan -tangan kiri- untuk beberapa lama.

"Guendheeeng!!!" aku cuma bisa berteriak dalam hati

* * *
Setelah beberapa waktu berlalu, entah darimana ujung pangkalnya, mama cerita soal mas Bambang supir taksi itu.
"Dik, tahu nGgak supir taksi langganan mama yang namanya mas Bambang?"
"Iya tau. Dulu pas patah tulang pernah dianterin ama dia."
"mas Bambang itu S-2-nya di Jepang lho."
"Hah?? S-2 jadi supir taksi??"
"Iya. Dia dulu mahasiswa Teknik Mesin. Trus pas kuliah dia nyambi jadi supir taksi. Selesai S-1 dia kuliah S-2 di Jepang. Di sana dia nyambi kerja juga. Terus katanya dia pernah kerja juga di perusahaan Jepang tapi dia nGgak lama mengundurkan diri dan pilih jadi supir taksi."
Aku cuma bisa mBatin, "Jan, wong gendheng tenan!"
"Ampuh yo? mas Bambang itu biar supir taksi tapi cerdas lho Dik. Katanya dia bisa ndandani sendiri mobilnya kalo' macet. Pelanggannya juga banyak. Tadi aja pas nganter mama HP-nya bunyi 2 kali. Dua-duanya minta dianterin. Supir panggilan profesional tenan."
Pembicaraan ama mama terhenti di situ. Aku masih termangu-mangu. Ada juga ya orang gila macam dia. Memang kalo' udah panggilan hidup, profesi yang sangat sederhana seperti tukang sapu jalanan ataupun supir taksi seperti mas Bambang emang nGgak bisa ditolak. Selama rejeki yang datang dari pekerjaan itu barokah dan Allah ridha, apalah arti kedudukan sosial kita.

Monday, August 07, 2006

1 Dream, 4 Jamaicans, Twenty Below Zero

Seingetku, aku nonton film ini di bioskop Empire 21 di Jl. Solo, pas bioskop itu dulu masih ada dan Supermarket Hero masih jadi tempet Mama nraktir aku makan, sebelum tempet itu kebakaran hebat dan rata dengan tanah sampai sekarang.

Cool Runnings itu film yang diproduksi tahun '93. Lawas tenan! Bahkan di sketsasinema, tempet aku biasa nyewa CD, udah nGgak punya CD-nya ... "Rusak," kata mas-nya yang jaga "Film itu bagus banget, tapi sayang waktu itu jamannya belum ada CD burningan. Jadi kalo' mas-nya nemuin di tempet lain, kita boleh dong dikasih copy-nya" dia nyerocos panjang lebar.

1994 .. umurku masih 12 tahun waktu itu. Masih anak bawang, tapi film itu bisa "kena banget" buat aku. Film ini cerita soal mantan atlet bobsled yang jadi pelatih tim bobsled Jamaika. Asal tau aja, bobsled itu kereta luncur es.

Jamaika? Es? Emang ada? nGgak ada ...

Tim bobsled Jamaika ini kumpulan orang-orang gagal. Termasuk pelatihnya. Mereka punya cita-cita ikut Olimpiade Musim Dingin di Kanada. Orang-orang gila .. dan ini true-story. Yang membekas banget buat aku tu feel dari perjuangan mereka buat meraih impian, nGgak peduli orang mencemooh seperti apa pun.

Endingnya .. mereka beneran jadi ikut Olimpiade Musim Dingin dan cuma ada tim bobsled Jamaika dalam kontingen negara Jamaika. Lagi-lagi, di Kanada, mereka dicemooh. Tapi mereka menunjukkan semangat juang yang luar biasa. Aku inget .. aku paling inget gimana mereka jatuh sebelum garis Finish, gagal untuk kesekian kalinya tapi mereka tetap berjalan dengan kepala tegak. Aku nangis waktu itu, air mata penghormatan untuk mereka yang berani bermimpi dan berjibaku untuk meraih mimpinya meski apa pun hasil yang akan mereka dapat pada akhirnya.

Salute .. to them, who dare to be a dreamer and desperately fight to be dreamcatcher, whatever it takes

Terpapar Eksotisme

18 Juni 2006 dini hari, setengah tiga pagi.

Pulang maiyahan seperti biasa melewati bunderan tarakanita ke utara, aku ketemu seorang pengendara motor pake jaket yang ada tulisan "Struggle for Life" di punggungnya. nDak lama kemudian di depan pasar Kranggan, aku liat sepasang suami-istri naik sepeda montor othok-othok bawa sayur-mayur dalam 6-8 karung goni besar. Bayangkan betapa repotnya sang bapak mengendalikan laju motornya dan juga sang ibu yang memegangi karung-karung itu.

Aku mikir .. mereka nggak perlu jaket bertuliskan "Struggle for Life". Mereka menjalaninya. Mereka mungkin lebih butuh jaket yang cukup tebal tanpa peduli apa tulisannya untuk melawan hawa dingin yang sangat menusuk pada dini hari itu.

Sepele, tapi buatku itu eksotis ...

Dan hati-hati, eksotisme itu radioaktif!

Satu Serpihan Kecil

Setelah punya blog di friendster dan error-error melulu ... akhirnya hari ini aku bikin blog di sini. nTar beberapa yang dari friendster bakal aku pindahin ke sini. Biarlah yang ini jadi blog official-ku. Namanya aja udah arkhadipustaka.blogspot.com.

Ini dulu deh satu serpihan kecil dari diriku: sederhana (karena malas utak-utik grafis) tapi tidak sepolos kelihatannya, karena kekuatannya bukan pada grafis. Kekuatannya ada pada kata yang terangkai menjadi kalimat dan untaian kalimat yang menjelma makna.