Sunday, July 09, 2017

Simulasi Efek Pemanasan Global

Ini percobaan lanjutan dari percobaan membuat indikator asam-basa dari kobis ungu.
Alat & bahan:
1. Indikator kobis ungu (selembar sampai tiga lembar kobis ungu dipotong tipis, direndam dalam larutan alkohol 50% dan digecek-gecek, ditunggu sekitar 15 - 30 menit).
2. Dua buah botol bekas, yang ukuran kecil saja cukup.
3. Sedotan.
4. Air
Prosedur:
1. Isikan air ke dalam botol pertama secukupnya tapi jangan kepenuhan, supaya masih ada ruang untuk indikator kobis ungunya.
2. Masukkan indikator kobis ungu secukupnya (sekitar sepersepuluh volume botol). Airnya akan berubah warna jadi kebiruan:


3. Bagi dua larutan di botol pertama ke botol kedua. Sehingga kita punya dua botol yang identik. Perhatikan warnanya masih sama-sama biru:


4. Masukkan sedotan ke botol kedua dan tiup larutannya sekitar 10 - 20 detik.


5. Apa yang terjadi? Ketika kita meniup larutan di botol kedua, kita memasukkan karbondioksida ke dalam larutan sehingga larutan di botol kedua menjadi lebih bersifat asam dari larutan di botol pertama. THIS IS HAPPENING RIGHT NOW ON EARTH! Kadar karbondioksida di udara meningkat akibat ulah manusia membakar bahan bakar fosil berlebihan, lalu kelebihan CO2 itu diserap oleh lautan, dan lautan jadi meningkat kadar keasamannya ... membahayakan makhluk hidup di dalam laut ... Koral-koral, yang menjadi rumah beribu spesies makhluk laut, mati karena kadar keasaman laut yang meningkat. Kalau rumahnya mati atau hancur, makhluk-makhluk laut itu jadi homeless alias kehilangan habitat alami-nya. Dampaknya: punah.

CLIMATE CHANGE IS REAL.

Disclaimer: percobaan ini terinspirasi dari acara Bill Nye Saves The World.

Saturday, July 08, 2017

Indikator Asam Basa Klasik dari Kobis Ungu

Setelah belajar tentang viscosity dengan percobaan liquid rainbow, Nana saya ajarin tentang acidity ... sama-sama belajar tentang properti cairan. Belajarnya dengan bikin indikator asam basa klasik: kobis ungu, diiris tipis lalu direndam larutan alkohol 50% dan digecek-gecek pakai garpu. Indikator ini kalo di cairan dengan pH normal (air biasa) warnanya biru keunguan.


Kalau dituang ke cairan yang bersifat asam (saya pakai air perasan jeruk nipis), berubah warnanya jadi merah. Kalau dituang ke cairan yang bersifat basa (saya pakai sabun cuci tangan) berubah warnanya jadi kehijauan. Kalau mau variasi, bisa dicoba bahan-bahan lain seperti soda kue, cream of tartar, cuka, dan lain sebagainya seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Sumber gambar:
http://www.cchem.berkeley.edu/demolab/demo_txt/CabbIndic.htm
Satu catatan penting ... kalo beli satu glundung kobis ungu kemahalan, nempil selembar aja ... eh boleh nggak ya? Intinya sih untuk bikin indikator kobis ungu itu nggak perlu kobis banyak-banyak kalau hanya untuk bikin percobaan sederhana macam ini.
Indikator ini hanya awet sekitar 3 hari sampai 1 minggu.
Percobaan ini adalah pendahuluan dari sebuah percobaan lain yang InsyaAllah akan saya posting besok.

Pertanyaannya, kok bisa begitu? Jawabannya, karena kobis ungu mengandung antosianin. Antosianin itu pigmen/senyawa kimia yang dapat larut di dalam air dan mempunyai sifat indikator asam-basa: berubah warna ketika pH larutan berubah. Antosianin (anthocyanin) itu akar katanya dari bahasa Yunani anthos yang artinya bunga dan kuanos yang artinya biru. Jadi ... adakah bunga berwarna biru di sekitar rumahmu? Kalau ada ... boleh lah dicoba sebagai pengganti kobis ungu!