Friday, August 09, 2013

Minal Aidzin Wal Faidzin

Sekali-sekali ngeblog kurang piknik.

Gegara di twitter sama di facebook masih banyak temen yang typo "minal aidzin wal faidzin" atau "minal aidin wal faidzin" atau "minal aidzin wal faizin" dan varian lainnya, saya jadi pengen nambah-nambahin postingan blog kurang piknik yang mengkritisi ke-typo-an itu. Lha gimana nggak gatel, "minal aidzin wal faidzin" sempet jadi trending topic di twitter hari kemaren.

Saya sendiri nggak bisa bahasa Arab pun bukan ahli bahasa Arab. Modal ngertiin bahasa Arab ya cuma GoogleTranslate dan peramban Google yang setia ituh. Tapi paling nggak, dengan modal usaha dikit, setau saya secara bahasa yang bener bukan "minal aidzin wal faidzin" tapi "minal aidin wal faizin".

Menurut si GoogleTranslate, "aidzin" dan atau "faidzin" itu nggak ada artinya. Sedangkan, "aidin" itu artinya kurang lebih "those who have been rejoiced". "Faizin" artinya kurang lebih "those who prevail". Jadi "minal aidin wal faizin" itu kurang lebih artinya "among those who have been rejoiced and those who prevail". Ada yang janggal? Iya.

"Minal aidin wal faizin" itu sebuah frase, bukan kalimat. Sebagai ucapan selamat dia nggak kena, sebagai doa juga nggak komplit. Kalo' mau agak komplit lengkapnya "ja'alanaLlahu wa iyyakum minal aidin wal faizin". Artinya, "may Allah make me, and also you, among those who have been rejoiced and those who prevail". Jadi panjang ya? Iya. Jadi darimana ke-superkreatif-an orang Indonesia menyerap bahasa asing, dalam hal ini bahasa Arab? Kayaknya dari kegemaran kita meng-oversimplified yang panjang-panjang. Over simplifikasi itu tampaknya "kearifan lokal" yang "beyond" kreatif. Tapi ya itu tadi... jadi nirmakna.

Mungkin bakal jadi bermakna kalo dikasi tanda tanya. "Minal aidin wal faizin?". Kalau di-Indonesia-kan kira-kira jadi "termasuk orang yang bergembira dan menang?". Ini maksudnya ngasih ucapan selamat apa nyindir?! Hahahahaa... Yaa, itung-itung buat introspeksi lah ndak apa apa. Walaupun mungkin secara grammar bahasa Arab juga nggak bener, ndak tau saya.

Anyway, dalam hal ucapan lebaran yang ada hadits-nya (a.k.a. dasar-nya) kalo nggak salah dari para sahabat: "taqabbalaLlahu minna wa minkum" yang artinya kurang lebih "may Allah accept any of mine and yours". Jadi, "minal aidzin wal faidzin" itu tripel salahnya: sudah typo, bukan kalimat lengkap, ndak berdasar pula.

Buahahaha. Kok saya jadi snob banget gini yak.

Ya mumpung masih suasana lebaran, mohon maaf lahir dan batin deh. Toh lebaran itu kultural.

Menurut hemat saya, secara kultural enaknya ya "selamat hari raya" atau "sugeng riyadi, sedaya lepat kawulo nyuwun gunging samudro sih pangaksami" #jowo.