Saturday, September 14, 2013

Ketika harus menunggu bis 1 jam...

Bis jalur 8 ke arah North Ave berjalan pelan. Saya mengintip jam di HP. 7.10. Dalam hati saya menepuk jidat "sial, pasti ketinggalan 58 lagi." Dan benar saja, dari perempatan York Rd & Lake Ave saya bisa melihat sebuah bis melintas ke arah timur di Northern Pkwy.

Saya turun di York Rd. & Northern Pkwy bersama dua penumpang yang lain. Satu ibu-ibu kulit hitam, gemuk, pakai baju terusan warna biru, dengan sebuah anting dari untaian kuningan berbentuk wajik di satu telinga sebelah kanan. Satu lagi mbak-mbak kulit hitam, gemuk juga, rambut cepak, pakai baju seragam toko swalayan Giants warna kuning.

Ketika menyeberangi Northern Pkwy, si ibu berbaju biru tadi bilang, "That damn bus' so slow. We missed 58. I saw it passin' through."

"Yea...," saya menimpali. Pasrah. Karena itu artinya saya harus menunggu 1 jam untuk bis 58 ke arah White Marsh yang berikutnya.

Untungnya, walaupun nggak ada tempat duduk, di halte Northern Pkwy & York Rd tempat saya menunggu bis 58 ke arah White Marsh ini ada orang yang meninggalkan setumpuk krat bekas wadah telor dan beberapa potong batako yang bisa digunakan sebagai tempat duduk. Saya memilih untuk duduk di tumpukan batako. Jongkok sih lebih tepatnya, karena tumpukan batako-nya cuma setinggi betis. Si ibu berbaju biru duduk di tumpukan bekas krat telor.

"It is good to have it here," kata si ibu sambil senyum-senyum, menggeser-geser pantat-nya, mencari posisi duduk yang enak.

Sedangkan, si mbak karyawati Giant tadi berdiri gelisah. Rupanya dia nunggu jalur 44 ke arah Rosedale yang juga lewat halte itu, bukan 58. Kira-kira hampir setiap 3 menit si mbak ini berjalan menyeberangi jalan, melongok ke arah datangnya bis, berharap dapat melihat bis yang ditunggunya datang dari kejauhan, mengangkat pundaknya, tampak kecewa, dan kembali lagi ke halte.


Halte Northern Pkwy & York Rd EB Route 58 & 44
(klik gambar untuk memperbesar)

Si mbak itu kemudian mencoba untuk melihat jadwal yang ada di kotak informasi. Dinyalakannya HP-nya untuk mendapatkan cahaya yang cukup. Tapi apa lacur kotak informasinya diorek-orek orang iseng. Si mbak tambah frustasi. Tangannya dikepalkan, meninju ruang kosong.

Si ibu yang duduk di atas bekas krat telor tadi berkomentar, "Look at that, they scratched it all over" sambil menggoyang-goyang jari telunjuknya yang ia arahkan ke kotak informasi. "That's not good man, they shouldn't do that. That's bad."

Saya cuma mengangguk-angguk saja sambil bergumam mengiyakan.

Lalu si ibu mencoba membuka percakapan dengan saya. "Are you going to catch 3?" Dia pikir saya nunggu 58 lalu transfer ke jalur 3 di Loch Raven.

"Nope," jawab saya, "I take 58 all the way to Rossville."

"Ow, okay," kata si ibu. "I need to catch 3."

"Why don't you take 36?" si mbak karyawati Giant tadi ikut nimbrung. Jalur 36 yang lewat di halte seberang memang menuju daerah yang sama dengan jalur 3 yang mau diambil si ibu berbaju biru itu.

"No way," jawab si ibu, "I'm heckin' no walk three blocks to get to my home this late. It's too dangerous." Baltimore kalo malem emang agak serem sih, kriminalitas cukup tinggi. "I'd rather take 44 or 58 and catchin' 3. It will take me one block away from my house."

Si mbak manggut-manggut. Saya juga.

Tak lama bis jalur 44 yang mereka tunggu datang. Saya lihat jam di HP saya menunjukkan jam 7.37. Mereka berdua naik ke atas bis.

"You take care," kata si ibu berbaju biru kepada saya sebelum naik ke bis.

"Thank you. You have a good one," jawab saya.

Saya sendirian di halte. Bis jalur 58 dijadwalkan datang 8.10. Masih lumayan lama. Saya pun mulai menulis catatan ini. "Bis jalur 8 ke arah North Ave berjalan pelan..."

Wednesday, September 11, 2013

Inilah kenapa saya suka naik bus...

Diskusi di kelas seru sekali sampai Dr. L.W. nggak tega untuk mengakhirinya. Dan ketika jam hampir menunjukkan pukul 7, kelas terpaksa diakhiri karena ruangannya akan digunakan oleh kelas berikutnya. Hmmm... masalahnya buat saya, kalau keluar jam segini dijamin ketinggalan bus 7.10 ke arah White Marsh dan harus nunggu 1 jam lebih. Tapi ya mau bagaimana lagi.

Langit malam dihiasi bulan sabit, dan kira-kira ketika jalur 58 itu datang sudah pukul 8.15, maklum HP habis batere ndak bisa ngerti jam. Saya naik bersama serombongan penumpang yang sudah menunggu sedari tadi. Di antaranya ada seorang bapak setengah tua, kulit putih, cuma pakai singlet, rambutnya ikal agak panjang dan dikucir, resleting celananya entah lupa belum dinaikin atau memang sudah dol saking celananya udah lusuh. Bapak setengah baya ini mengambil duduk di barisan depan.

Ketika bus berjalan, si bapak ngobrol nggak jelas sama penumpang lain di belakangnya. Lagaknya dia beli sesuatu seharga 30 dolar lebih tapi ketipu apa gimana, ndak jelas. Si bapak ceritanya sambil agak sebel gitu.

Di seberang si bapak ada ibu muda, kulit hitam, bawa 2 anak. Yang satu umurnya kira-kira 6 tahun, yang satu masih bayi di dalam "portable craddle". Saya tadinya nggak nyadar kalo ternyata bawaan si ibu muda ini lumayan banyak: stroller, dua buah tas tenteng dan sebuah tas punggung. Ketika si ibu ini mau turun di Northern Pkwy & Harford Rd., si bapak yang tadinya nggrundel nggak jelas serta merta menawarkan bantuan.

"Give it to me, let me help you," kata si bapak

Ibu muda itu tampak enggan.

"Let me help you, I will get back to the bus after taking your stuffs down," lanjutnya sambil meletakkan kantong plastik yang sedari tadi dibawanya.

Akhirnya si ibu muda ini menyerahkan stroller dan dua tas tenteng-nya ke si bapak.

"Hold on, hold on," kata si bapak pada supir bus. Kemudian si bapak ini naik lagi ke bus dan bilang, "Thank you, Sir," kepada si supir bus. Setelah itu si bapak ngobrol lagi sama penumpang lain yang duduk di belakangnya, seperti tidak terjadi apa-apa.

Dan saya pun melayangkan pandang ke luar jendela, menikmati cahaya lampu-lampu jalanan Baltimore yang berwarna oranye.

Monday, September 09, 2013

Perpanjangan SIM di Polres Sleman

Kapan itu saya pernah janji mau nulis pengalaman perpanjangan SIM di Polres Sleman akhir Agustus. Tapi Agustus-nya udah lewat baru keinget belum posting pengalaman perpanjangan SIM pas pulang ke Indonesia kemaren.

Pertama yang pengen saya garisbawahi: asal nggak telat perpanjangan SIM sekarang cepet banget. Nggak usah pake calo. Yang penting datang pagi.

Di Polres Sleman, kantor perpanjangan SIM-nya buka dari jam8.30 sampe jam11.00. Saran saya, ya dateng jam8.15. Lho kok disuruh dateng 15 menit sebelum kantornya buka? Iya biar lebih cepet seleseinya.

Apa aja yang perlu disiapkan sebelum dateng ke Samsat Sleman?
1. Bolpen
2. Fotokopi KTP 1x
3. Fotokopi SIM 1x
4. SIM asli

Datang aja jam8.15 trus ntar jangan ke kantor layanan SIM, keluar dulu dari Samsat -jalan kaki aja, motornya diparkir di Samsat-, nyebrang jalan ambil Kir Dokter. Kir Dokternya bayar Rp. 20.000. Pas di Kir Dokter, serahin fotokopi KTP + SIM-nya. Nah kalo udah dapet Kir Dokter yang ditempelin ke fotokopian KTP & SIM kita, balik ke Samsat-nya

Berikut prosedur perpanjangan SIM di Samsat Sleman:

1. Berkas2 (fotokopi KTP, fotokopi SIM, dan Kir Dokter) dikumpulin di meja informasi di dekat pintu masuk kantor layanan SIM. Trus nunggu dipanggil sekitar 15 menit. Kurang lebih. Ya tergantung banyak nggak yang bareng kita juga sih.

2. Setelah dipanggil sama meja informasi dan dibalikin berkas2-nya, ntar kita disuruh bayar biaya perpanjangan SIM di Loket BRI. Perpanjangan SIM A bayar Rp. 80.000, perpanjangan SIM C Rp. 75.000.

3. Setelah bayar di Loket BRI, berkas2+kuitansi pembayaran dikumpulin di Loket 1. Trus nunggu nama kita dipanggil sama Loket 2A. Lama nunggunya variatif antara 5 - 35 menit. Tergantung antrian lagi. Makanya lebih pagi datengnya lebih baek.

4. Setelah dipanggil sama Loket 2A, ngisi formulir yang dikasihin sama Loket 2A. Di tahapan inilah bolpen kita diperlukan hehehe. Kalo lupa nggak bawa bolpen jangan khawatir, di Samsat Sleman ada mantan calo yang jualan bolpen. 1 buah bolpen Rp. 2.000.

5. Setelah formulir-nya diisi lengkap, kumpulin ke Loket 2B, ntar dikasi nomor antrian. Trus nunggu lagi... sekitar 15 menitan. Tapi kadang lebih cepet. Lagi-lagi tergantung banyaknya antrian.

6. Pasang telinga baik-baik ketika nomor kita dipanggil dari Loket III buat foto. Biasanya dipanggilnya rombongan misalnya dari nomor 10 sampe nomor 19. Atau kadang-kadang dipanggilnya random. Kadang-kadang dipanggil nama, bukan nomor. Random abis pokoknya XD.

7. Proses di Loket III sekitar 5-10 menit. Trus ntar kita nunggu lagi nama kita dipanggil dari Loket IV, loket pengambilan SIM. Yang ini nunggunya nggak begitu lama. Cuma sekitar 5 menitan. Dan, udah deh. Jadi.

Dari pengalaman saya perpanjangan SIM kemaren proses totalnya sekitar 1 - 2 jam aja. Pokoknya (halah pokoknya), datang lebih pagi, lebih baek.

Bravo Samsat Sleman, pelayanan SIM-nya sudah relatif lebih baik. Yang kurang cuma papan-papan informasi yang informatif. Banyak sih papan informasi, tapi kurang informatif.