Sunday, January 29, 2012

CTP-02: Cutting Edge of Instructional Technology

Salah satu pertanyaan mendasar orang yang pertama-tama belajar ilmu teknologi pendidikan adalah: sampai dimana kah ilmu ini bisa dikembangkan? Well, menurut saya selama kita punya imajinasi --sama seperti disiplin ilmu yang lain-- ilmu teknologi pembelajaran itu bisa berkembang sampe kayak di felem-felem science fiction.

Seperti di video ini nih misalnya:

sumber: Insight 360

Tapi mungkin ada yang protes "wah mahal itu", "di Indonesia teknologi-nya belum ada", "guru-guru ngoperasiin komputer aja nunak-nunuk, apalagi ngoperasiin gadget macam itu". Eheo, saya cuma mau kasih gambaran ini lhoo implementasi ngelmu teknologi pembelajaran yang mutakhir. Yang namanya ngelmu toh ada tingkatan-tingkatan-nya to dalam implementasi, memperhatikan aspek budaya, sumber daya yang tersedia dll.

Yang jelas, saripati ngelmu Teknologi Pembelajaran (yang mungkin akan saya ulang-ulang berkali-kali di catatan ini) adalah bagaimana caranya bikin orang lain belajar jadi gampang.

Friday, January 27, 2012

Kompor Is Not Enough

Setelah bikin kompor-komporan, Nana mulai suka pretend play masak-masakan. Panci/wajan-nya pake tupperware kecil-kecil yang lagi nganggur. "Makanan"-nya bisa dari sobekan kertas atau lilin perupa (playdough).

Nah, karena saya inget kalo' resep playdough yang saya bikin waktu lalu bisa kering dan keras di udara Winter yang dingin dan kering ini, saya buatkanlah Nana beberapa "menu" Ngamerikah yang agak lebih serius. Terimakasih untuk mBak Yuli atas playdough berwarna-nya sehingga bisa saya jadikan campuran pewarna. Walaupun sebenernya, kalo' kepepet bisa juga sih itu playdough diwarnai pakai cat air.

jadilah satu set menu Amerika: burger, hotdog & pizza. (junk food biyanget; tenang saja, sehari-hari kami nggak makan itu wahihihi, makannya tetep sayur lodeh sama sop ayam):

Pizza-nya versi Nana, tapi burger & hotdog-nya versi saya

Pizza versi saya


Lumayanlah... Setelah dibiarkan di udara ruang sehari semalam, playdough-nya jadi keras dan main masak-masakan jadi lebih asik.

Mungkin ada yang protes, kok bikinnya junk food? Nanti anaknya teracuni pola makan nggak sehat lho... Well, bisa jadi juga sih seperti itu. Tapi kalo' saya sih pesan moralnya malah begini: junk food itu bukan makanan pokok, cuma hiburan. Yaa semacam mainan gitu: hiburan. Sekali-sekali makan junk food yang halal ndak masalah lah...

Tapi alasan sejujurnya, lebih gampang bikin model burger, hotdog & pizza dibanding bikin model sop ayam, tumis kacang panjang dan nasi...

Tuesday, January 24, 2012

Nana & Karet

Nana bawa sebundel karet rambut dari Indonesia. Dia suka sekali sama itu karet-karet rambut warna-warni. Waktu masih di Indonesia sih dulu sering dikucir rambutnya sama mbak-mbak. Tapi di sini udah nggak mau dikucir lagi, walhasil karetnya cuman jadi mainan, mainan yang simpel tapi menyenangkan.

Tadi siang Nana asik mainan sama karetnya. 8 biji karet warna-warni. Saya kok jadi keinget, waktu kecil di Iowa, Papa saya suka ngajarin saya pengurangan sederhana ... pake permen tapi, karena memang waktu kecil dulu saya suka makan permen.

Caranya kalo' nggak salah awalnya saya dikasih tau jumlah total permen sama Papa saya. Trus saya disuruh merem. Trus Papa ngambil sejumlah permen. Trus saya disuruh nebak berapa permen yang digenggam Papa saya. Tentu saja sebenernya bukan nebak, tapi ngitung. Cuman, dengan kata "nebak" saya jadi nggak punya beban mental. Toh kalo' salah kan cuman tebak2an, ya to? Ahihihi...

Akhirnya saya mewariskan legacy itu ke Nana, tapi ganti objek: karet. Pada dasarnya sih sama, permainannya memakai benda kecil kesukaan si anak.

Nana udah bisa ngitung sampe sepuluh, mmm... lebih malah. Jadi menghitung (satu, dua, tiga, dst.) sampai delapan bukan masalah buat dia. Apalagi Nana udah sering main matematika sederhana seperti ini di web-nya Curious George. Yang menarik, ketika saya naikkan level tebak-tebakannya ke tingkat yang lebih tinggi ternyata Nana bisa keep up. Walaupun tentu saya harus kasih contoh di awal-awal.

Permainannya seperti ini:

Nana saya suruh merem. Lalu, dari delapan karet, saya genggam 2 di tangan kiri dan 1 di tangan kanan. 5 yang lain tergeletak. Nana saya suruh melek. Genggaman yang kanan saya buka lalu dia saya tanya "hayo Nana, coba tebak yang di sini ada berapa?" sambil saya goyang-goyang tangan kiri saya.

Nana lalu ngitung 5 yang tergeletak dan meneruskan hitungan untuk karet yang ada di telapak tangan kanan saya. Trus mikir... Dan menebak (well actually she did substract it) dengan benar, "Dua!"

Lalu saya naikkan tingkat kesulitannya. Nana saya suruh merem. Lalu, dari delapan karet, saya tidak menggenggam apa-apa di tangan kiri dan 2 di tangan kanan. 6 yang lain tergeletak. Nana saya suruh melek. Genggaman yang kanan saya buka lalu dia saya tanya "hayo Nana, coba tebak yang di sini ada berapa?" sambil saya goyang-goyang tangan kiri saya.

Nana menghitung seperti tadi. Tapi terus mulai bingung, mengernyitkan dahi (mikir) .. agak lama. Saya diam saja, saya kasih waktu dia biar bisa mikir dengan tenang. Suddenly, Nana berteriak kegirangan "Nggak ada!!!"

Lalu saya pura-pura ngasih crown ke kepalanya as a reward. Dan Nana tersenyum penuh kemenangan.

Whuahahaha... Nana, Bapak love you ^_^

Tuesday, January 17, 2012

Kompor-komporan

Alkisah, Nana maen ke IKEA dan seneng banget sama mainan kompor-komporan (dapur mini, tiruan) yang harganya $135. Well, secara... bapak ibuknya cuman scholar ndak punya duit banyak buat beli mainan seperti itu, kami berusaha bikin sendiri meskipun yaaa jauh dari sempurna tapi lumayan lah.

Nana ikut bantu2 ngecat kompor. Oiya, cat-nya gratis, dapet lungsuran dari landlord yang baik hati. Kuasnya cuman $1 apa ya, made in Indonesia walopun belinya di The Home Depot Reisterstown ^_^ :


Kami menyulap 2 kardus besar sereal dan sebuah kardus sepatu boots-nya Nana jadi sebuah kompor (kanan) dan sebuah tempat cuci piring (kiri). Bak cuci piringnya dari wadah tahu edamame yang mak nyuss ituh. Sayangnya, tempet cuci piringnya belum saya cariin keran mainan ... nyusul lah.


Setelah 2 kali pengecatan dan lumayan kering cat-nya, ditambahkan detail seperti rak-rak-an yang terbuat dari sisa-sisa tirai jendela.


Jadinya Nana punya "dapur mainan" seperti ini:


Boleh dibandingkan sama kompor, oven dan bak cuci piring yang beneran di apartemen kami:


Sayangnya si Nana kok belum begitu tertarik mainan pretend play masak-masak-an yaa... Dia cuma suka bagian bikin mainannya tapi agak males mainnya #tepokjidat.

Saturday, January 14, 2012

Jemuran

Pas awal-awal pindahan ke Sulgrave Ave, kepikiran bikin jemuran buat pakaian karena belum terbiasa pakai mesin dryer. Well then, I drew the "blue print":


And then, bought the materials, measured, cut, cut,cut using saw, and assembled!


Tapi ternyata setelah beberapa lama di sini, jadi terbiasa pakai dryer. Ehek. Apakah jemurannya jadi tidak berfungsi? Oh tentu tidak. Tidak ada yang boleh mubazir di sini. Jadilah dia JEMURAN TEMPE ^_^


Ahihihi...