Friday, November 28, 2008

Boleh Dicoba Sendiri ...

Beberapa waktu yang lalu, UGM dihajar puting beliung. Kebetulan, sahabat saya, hermansaksono jadi saksi mata dan mengabadikan puting beliung itu di youtube.

Nah ... kalo belum pernah lihat live-nya, silakan download dulu youtube di atas dan perhatikan baik-baik proses terjadinya puting beliung tersebut. Setelah itu siapkan:

- gelas plastik bening (bekas air minum)
- pewarna makanan cair/tetes; warna terserah
- sendok
- air

Lalu, lakukan prosedur berikut

- Isi gelas dengan air sampai tingginya kurang 1 cm dari mulut gelas
- Aduk air tersebut dengan sendok dengan kecepatan tinggi, jaga agar air tidak tumpah
- Segera keluarkan sendok ketika pusaran air akibat adukan tersebut tercipta
- Segera teteskan 1 tetes pewarna makanan tepat di tengah-tengah pusaran
- Lihat yang terjadi

It's easy, but it's amazing ... at least for me :)

Baru Tahu

Vixal Pembersih Lantai


Wah ... saya ternyata baru menyadari, sak pleng-an (istilah jawanya)

dulu waktu saya SMA saya pernah belajar reaksi ini:

HCl + Fe2O3 -> FeCl3 + H2O

trus disamakan reaksinya jadi

6HCl + Fe2O3 -> 2FeCl3 + 3H20

...

Yang jadi titik cerah di hari selasa kemaren adalah, saya baru menyadari bahwa Fe2O3 adalah karat besi yang sering ada di paku, di onggokan-onggokan besi tua, di sudut lemari perkakas di rumah saya!

Dan HCl ... adalah kandungan Vixal pembersih lantai (tanpa maksud promosi merk), 17%.

So ... ketika paku-paku berkarat itu dicelup ke larutan vixal yang biru, berubahlah cairannya menjadi kehijauan, warna dari larutan FeCl3.

Dan ketika dibilas ... CLING!!! Pakunya jadi bersih!!!

Kok baru sekarang ya saya sadarnya ... .

*. gambar diambil dari sini

Sunday, November 23, 2008

Walking Between Trees

Aku kurang begitu bagus kalo' mendeskripsikan proses atau suasana, tapi bolehlah ini aku bagi-bagi.

Kuliah S-2 Teknologi Pembelajaran (TP) di UNY hari-hari ini sangat menyenangkan buatku. Ya .. walaupun banyak yang nanya, "lhoh, kok gak kul di luar aja Ka?" Aku menghargai perhatian mereka, tapi aku percaya ini jalanku.

Aku suka kuliah di sini. Aku banyak belajar tentang belajar dan pembelajaran. Walaupun kuliahnya di universitas yang berkutat sama bidang pendidikan, ternyata lulusan S-2 TP kerjaannya nggak jauh-jauh dari Engineer: An Instructional Engineer.

Background-ku yang Electrical Engineer pun nggak sia-sia di sini. At least, aku jadi lebih mudah memahami sistem, dan punya modal system thinking. Yang agak susah mungkin belajar teori-teori belajar yang bejibun ini. Thorndike bilang ini lah, Piaget bilang ini lah, Habermas bilang itu lah, Vygotsky bilang anu lah ... wew. Sebenernya mereka bicara tentang kotak yang sama, tapi liatnya dari sudut pandang yang berbeda.

Tapi the best of all adalah: berjalan di antara pepohonan di pagi hari.

Kalo' jeung Ifta pas berangkat pagi, biasanya aku di drop di terminal Condongcatur trus naek TransJogja ke shelter UNY. Meski di Indonesia yang tampak terpuruk ini, berangkat kuliah pakai TransJogja rasanya kayak ada di negeri yang jauh lebih beradab. Paling nggak, berhentinya nggak sembarangan, jelas naiknya dimana turunnya dimana.

Habis turun dari shelter bus Trans, berjalanlah aku melewati boulevard-nya UNY dan sepetak "hutan" kecil di timur gedung rektorat UNY. Katanya sih bidang tanah ini besoknya mau dibangun gedung baru-nya Program Pascasarjana UNY. Tapi hari-hari ini wujudnya masih sekumpulan pohon-pohon sengon yang dipagari pohon cemara di sisi baratnya dan pohon ketapang di sisi selatannya. Tanahnya dilambari sejenis rumput yang tebal, aku kurang tahu jenisnya, dan selalu basah di pagi hari.

Berjalan di antara pepohonan sengon itu bikin aku inget waktu berjalan di antara filicium di SMA 3 dulu pas sore-sore, sekolah yang sepi dan daun-daun filicium berguguran. Aku suka sekali berjalan di antara pohon. Rasanya ... lebih hidup, dan lebih beradab.

Friday, October 24, 2008

Ples Mines

Kalo' ada yang perlu ditambahin untuk Indonesia, mungkin namanya: TRUST

Dan kalo' ada yang perlu dikurangin untuk Indonesia jelas: GREEDINESS

Thursday, September 18, 2008

What Is Learning?

Learning is a process to build understandings.

Setidaknya itu yang aku dapatkan beberapa minggu ini belajar jadi Guru. Ada dua kata dari kalimat di atas yang perlu digarisbawahi: process dan to build.

Pemahaman seseorang terhadap kata proses akan membawanya kepada kata lain seperti sukses, gagal, time consuming. Sehingga benar bahwa memang belajar adalah sesuatu yang tidak efisien. Tidak ada yang instan.

Sedang pemahaman terhadap kata kedua akan menjadikan seorang Guru, khususnya, tidak lagi berpikir bahwa dirinya adalah sumber ilmu pengetahuan yang berkewajiban memberi. Karena belajar adalah kegiatan "membangun" pemahaman, maka Guru harus memberikan ruang seluas-luasnya kepada murid (I prefer "murid" rather than "siswa") untuk melakukan kegiatan pembangunan itu sendiri. Tugas Guru adalah menyediakan lingkungan yang nyaman untuk belajar, memberikan tauladan, memberikan motivasi dan bergeser sedikit dari fokus utama kelas menjadi orang yang duduk di bangku belakang sembari melihat muridnya bermetamorfosa dari sebuah kepompong menjadi seekor kupu-kupu yang indah.

Saturday, August 09, 2008

iler..

Karena Tante Tanti minta gambar Nana ... ini dia Nana yang ngiler ... heheheh

nana4

Wednesday, July 16, 2008

Buku Sekolah Elektronik

Program pemerintah via depdiknas yang baru ini cukup memberikan angin segar dalam muramnya wajah pendidikan kita. Lepas dari bolong-bolong di sana-sini yang belum ditambal, konsep buku yang dibeli hak ciptanya oleh pemerintah dan menjadi gratis untuk seluruh rakyat Indonesia merupakan inovasi baru yang patut dihargai.

Yaa .. walaupun pas aku buka masih agak lemot dan ribet karena bukunya dipisah-pisah per bab. Bolehlah teman-teman tengok di http://bse.depdiknas.go.id

Friday, June 06, 2008

Halo Dunia ...

Heu .. aku berubah jadi bapak yang hobi majang anaknya di blog pribadi. Dulu sih kadang merasa heran juga kalo' ada orang yang suka majang-majang foto keluarganya di internet. Tapi sekarang malah ngalamin sendiri heheheh. Karma?

Nana say hey to the world ...

halo dunia ...

Saturday, May 24, 2008

Berhenti Berpolemik!

Akhir-akhir ini banyak sekali slogan-slogan yang bergaung entah itu di baliho-baliho jalan atau juga di media cetak dan elektronik menyambut 100 tahun kebangkitan nasional. Salah satu yang paling populer tentunya: Hidup Adalah Perbuatan punya Sutrisno Bachir. Terkesan tidak mau ketinggalan, Presiden SBY melontarkan slogan: Indonesia Bisa.

Yang punya SBY mengandung pesan untuk terus optimis, punya Sutrisno Bachir saya tidak bisa menangkap maksudnya apa. Tapi mungkin yang pernah lihat diskusi antara Amien Rais, B.J. Habibie dan Jusuf Kalla beberapa waktu lalu di MetroTV, akan mendapatkan satu slogan lagi dari mantan Presiden yang Teknokrat itu: BERHENTI BERPOLEMIK!

Buat saya, yang terakhir ini lebih "kena" daripada Hidup Adalah Perbuatan atau Indonesia Bisa.

Kemarin, sewaktu mengajar di SMU 3 Yogya saya sempet ngangkat tema ini ke anak-anak KIR responsnya: "Polemik tu apa mas?"

Hadew ...

Tapi belakangan, saya jadi berterimakasih sama anak yang tanya "Polemik itu apa". Karena dari pertanyaan itulah, slogan itu jadi bermakna.

Polemik adalah ketika kita lebih suka membuat masalah daripada menyelesaikan masalah

Polemik adalah ketika kita lebih suka menyoroti aib dan kekurangan orang lain daripada berkaca dan melakukan introspeksi

Polemik adalah ketika kita lebih suka orang lain menderita daripada memberikan pertolongan kepadanya

Polemik adalah ketika kita lebih suka berwacana daripada melakukan sesuatu yang benar-benar berguna bagi orang lain

Polemik adalah ketika kita lebih suka memikirkan kepentingan diri kita sendiri daripada kepentingan yang lebih besar, bangsa dan negara.

Jadi .. BERHENTI BERPOLEMIK! Dan mulailah melakukan sesuatu yang benar-benar bermanfaat bagi orang lain.

P.S.: seandainya himbauan untuk berhenti berpolemik ini ditempel di baliho-baliho jalan .. di media-media cetak dan elektronik .. .

Saturday, May 10, 2008

Naana ...

anakku .. nama yang kau miliki (Najwa Maulida Arifah: bisikan yang dilahirkan wanita bijak) adalah nama yang kami berikan beserta sebuah doa semoga Nana jadi anak shalehah. Na .. bapak ama ibu kebetulan nemu ayat Quran yang baguusss banget, cocok sama Nana:

Q.S. An-Nisa: 114

Kira-kira artinya: Tidak ada kebaikan pada sebagian besar bisikan (najwa) mereka, manusia, KECUALI bisikan orang-orang yang mengajak orang untuk bersedekah, atau mengajak berbuat kebaikan, atau juga mengajak untuk saling berdamai antar umat manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keRIDHAan Allah, maka kelak Kami (Allah) memberi kepadanya pahala yang besar.

Amiin ya Allah ... .

nana sayang ibuk ...

Nana sayang ibuk ...

Tuesday, April 01, 2008

The Shinobies Thing

Akhirnya ... setelah sekian lama dateng juga momen yang tepat. Ceritanya semalem mati lampu dan adik2 ipar lagi pada nginep di rumah. Well .. aku trus ngajakin mereka main "The Flying Fire"-nya. Ini eksperimen orisinal Hiddenleaf Shinobies yang ditemukan pertama kali ama Gholib sekitar tahun 2004.

Menapak tilas penemuan Gholib yang pas mati lampu juga, aku mendokumentasikan flying fire untuk dipublikasikan (dulu pernah dipublikasi via milis sains, tapi gak ada gambarnya).

Cara mainnya gampang. Cuma butuh 2 buah lilin, korek, ruangan yang cukup gelap dan tidak berangin.

Lilin #1 diberdirikan. Lilin #2 dipegang dengan tangan. Lalu atur posisinya seperti di bawah, jaga api lilin #1 sehingga cukup steady:



sehingga apinya terbang seperti dibawah (perhatikan jempolnya heheh ..):


FlyingFire


Selamat mencoba! Memang butuh ketelitian dan kesabaran ekstra.

N.B.: kredit untuk Riha Ali Muhammad, adik iparku yang keliatan jempolnya itu :)

trus ati-ati lantainya kotor. Sebaiknya diberi pelapis yang tidak mudah terbakar.

Owya, dua posting sebelum ini kuhapus. Nggak sesuai tema blogku (",v

Monday, March 24, 2008

Mas Ngatiyar

Sore itu langitnya mendung. Riko yang sudah lama nggak mampir ke angkringan Lik Jumakir menepikan motornya untuk silaturahim dan sekedar makan ampela bakar serta minum jahe panas favoritnya.

"wah yang sudah jadi orang ... " sapa Lik Jumakir.

"bukannya dari dulu sudah orang ya mas," Riko membalas klise.

"ho oh kie .. mentang mentang sudah bekerja, trus jarang nongkrong," sambar seseorang.

"wee .. ada mas Ngatiyar juga to."

Rupanya Riko bertemu teman lama yang suka nongkrong di angkringan Lik Jumakir. Mas Ngatiyar namanya, seorang aktivis LSM yang sudah punya jam terbang tinggi.

"Ampela bakar sama jahe Lik, biasa ... " pesan Riko sambil mengambil tempat duduk favoritnya, di dekat tungku.

"Sekarang sibuk ngapain Ko?" tanya Mas Ngatiyar

"Biasa mas ... dari dulu juga kerjaannya main-main sama anak-anak SD."

"Hayah ndobos banget," cibir Mas Ngatiyar. "Kalo' sudah jarang nongkrong di angkringan ini berarti udah punya tempat tongkrongan lain. Ya to?" kejarnya.

"ho oh itu ... " Lik Jumakir ikut nimbrung sambil menyodorkan segelas jahe panas.

"Ya iya sih mas, tapi ya minatku sama pengembangan pendidikan sains untuk anak nggak berubah mas. Kayak sampeyan nggak tahu aku aja."

"Lha kok bisa betah banget dolanan sama anak-anak SD tu kamu ngapain aja to?"

"Ya bikin mainan-mainan sederhana yang bisa dimainin anak-anak SD di rumahnya. Ya masuk ke SD-SD, berbagi sama guru-guru sepuh yang sudah punya banyak pengalaman sekaligus belajar dari mereka. Seru lho mas."

"Lha iya .. tapi dolananmu tu contohnya kayak apa?" kejar Mas Ngatiyar.

Sambil mengambil ampelanya yang sudah dibakar dan dilumuri kecap, Riko meminta dua batang lilin ke Lik Jumakir.

"Contohnya ini ni mas," Riko menyalakan kedua lilin tadi. Sebuah lilin dalam posisi tegak dan lilin kedua dipegang di tangan kanan. Sembari tangan kirinya melindungi api lilin pertama supaya stabil, Riko mengatur letak lilin di tangannya sedemikian rupa sehingga api lilinnya membumbung ke atas dan menghilang. Apinya terbang!

"Wuehh!! Elok tenan!" seru Mas Ngatiyar. "Kok bisa gitu Ko?"

"Lha menurut Mas gimana bisa gitu?"

"Wah .. aku nggak ngerti sains Ko."

"Ini ceritanya panas api lilin yang di bawah mendorong uap parafin di lilin kedua sehingga parafin tidak terbakar di sumbu lilin tapi terbakar beberapa senti dari sumbu."

"Yang kayak gini ini yang kamu mainin sama anak-anak SD?"

"Ho oh." Riko menyeruput jahe panasnya. "Tapi yang pokok itu bukan mainannya mas, yang pokok adalah menanamkan sikap ilmiah ke anak-anak dengan menggunakan fenomena-fenomena sains di sekitar kita," lanjutnya.

"Maksude gimana itu?"

"Ya dengan permainan seperti ini kan kita bisa ngajak diskusi, tanya jawab. Jawaban tentang gimana sesuatu terjadi jangan langsung dikasih tapi kalo' bisa anaknya sendiri yang menyimpulkan. Namanya kalo' nggak salah 'socratic questioning'."

"Hmmm .. kayaknya aku dulu pernah dapet itu pas kuliah filsafat tapi udah lupa .. " gumam Mas Ngatiyar.

"Trus tugas guru dalam kacamata Maria Montessori pada dasarnya bukan sebagai sumber belajar tapi sekedar fasilitator. Tugas guru adalah menjadi pelayan yang mempersiapkan lingkungan belajar untuk murid-muridnya sehingga muridnya sendirilah yang nantinya belajar dari lingkungan yang telah disediakan itu. Kata Montessori lagi, kalo' proses itu dialami oleh murid yang bersangkutan maka anak itu akan terbuka jiwanya dan menjadi manusia baru."

"Wheeheheh .. elok elok. Berat iki ... " Mas Ngatiyar terkekeh.

Riko hanya menanggapinya dengan bahasa tubuh lalu memakan ampela bakarnya. Awan kelabu yang dari tadi menggelayut mulai turun dan menitikkan rinai hujan yang begitu lembut.

"Sudah dulu ya Lik, keburu hujannya deres," pamit Riko sambil membayarkan sejumlah uang.

"Aku juga Lik, sekalian aja. Nanti ndak kehujanan di jalan." Mas Ngatiyar ikutan.

"Kapan-kapan ngobrol lagi ya Ko," ujar Mas Ngatiyar.

"Ok deh .. tapi lain kali Mas Ngatiyar yang harus bagi-bagi ngelmu. Heheheh ... "

Dan senyuman pun menghiasi berakhirnya majlis ilmu kecil-kecilan di warung angkring tadi. Yang tidak mereka tahu, beberapa pasang malaikat mendoakan kebaikan atas mereka bertiga. Maka mana lagi nikmat dari Tuhanmu yang kau dustakan?

Fa bi ayyi aalaa-i Rabbikuma tukadzdziban?

Arkhadi Pustaka

Plosokuning, 24 Maret 2008 pk1 dini hari

Terinspirasi obrolan dengan Mas Ngatiyar yang asli. Peace Mas :D

Thursday, March 20, 2008

Berbagi Kebahagiaan

AlhamduliLlah ... SubhanaLlah ...

telah lahir putri kami tercinta ke dunia, pada tanggal 17 Maret 2008 bertepatan dengan 9 Maulud 1429 H pukul 16.25 sore, persalinan spontan.

Tiada yang dapat kami ungkapkan selain puji dan syukur yang teramat dalam ke hadirat Allah SWT. Dan berharap agar anak kami menjadi orang yang bertakwa, berbakti kepada orangtua, bermanfaat untuk semua dan dekat dengan Tuhannya. Sesuai nama yang kami berikan padanya, yang merupakan seuntai doa: Najwa Maulida Arifah

najwa

Friday, February 22, 2008

What a Shinobi should Do (2)

Doing a little experiments of course ...

Ni salah satunya:

freeze

Tujuannya bikin perubahan wujud air dari cair jadi padat/es secara instan ... Caranya, 1) Cari wadah buat es. Di gambar aku pake potongan botol air minum bekas. 2) Cari tabung reaksi, yang lebih tipis lebih baik. mungkin pake plastik klip kecil juga bisa. Aku belum coba ... 3) Isi wadah es tadi dengan es batu yang sudah dipecah-pecah seukuran batu krakal. 4) Tambahkan garam pada es di dalam wadah tersebut. 5) Isi tabung reaksi dengan air kurang lebih setinggi 5 cm. 6) masukkan tabung reaksi di antara es bergaram. 7) tunggu 5 menit. Lalu cabut. And voila ... your water has turned to ice!

Friday, February 15, 2008

What a Shinobi Can Do

Udah pernah ada yang liat belum ya?? Rabu sore kemaren secara nggak sengaja aku nemuin permainan susun menara season 2 (ikut-ikutan HEROES). Gara-garanya cuma mau bikin sasaran untuk permainan straw shooter a.k.a. tulup hamdani trus salah satu gelasnya kesenggol tapi susunan menaranya nggak rubuh.

So .. dari situ jadilah diamond tower a la The Hiddenleaf Shinobies yang satu ini

diamond tower

Tuesday, January 01, 2008

Hikayat Kumbati & Kumalit

Pada zaman dahulu kala di negeri dongeng, hiduplah sekawanan hewan yang disebut kumang-kumang. Hewan ini sejenis tupai dan tinggal di antara akar-akar pohon besar yang menonjol di tanah. Makanan sehari-hari kumang-kumang adalah jamur mentega dan beberapa jenis buah beri. Sebagian besar makanan kumang-kumang akan menghilang ketika musim kemarau tiba. Oleh karena itu, kumang-kumang memiliki kebiasaan untuk mengumpulkan jamur mentega di musim penghujan sebagai persediaan makanan di musim kemarau. Buah beri akan cepat busuk, sedang jamur mentega cenderung lebih awet.
Pada suatu ketika di akhir musim penghujan, Kumaratungga, raja kumang-kumang yang bijak, mengumumkan bahwa musim kemarau depan akan menjadi musim kemarau panjang. Oleh karena itu, Kumaratungga memerintahkan kepada seluruh rakyatnya untuk mencari jamur mentega sebanyak-banyaknya sebagai persiapan menghadapi paceklik panjang tersebut.
Kumbati dan Kumalit, dua ekor kumang-kumang yang hidup di pinggir sungai tidak mau ketinggalan untuk mencari jamur mentega sebanyak-banyaknya bersama kumang-kumang yang lain, Kumiola, Kumalinggis, Kumpret dan Kumatirus. Keenam kumang-kumang itu mencari jamur mentega sampai ke dalam Hutan Kumalindung yang lebat. Dalam pencarian jamur mentega itu keenam kumang-kumang terpisah-pisah. Kumiola dan Kumatirus memutuskan untuk mencari jamur mentega dengan menyusuri aliran sungai kecil yang membelah Hutan Kumalindung agar tidak tersesat. Kumpret dan Kumalinggis mencari jamur mentega di sepanjang jalan setapak Hutan Kumalindung, dengan tujuan yang sama; agar tidak tersesat. Sedang Kumbati dan Kumalit memutuskan untuk menerobos kegelapan Hutan Kumalindung dengan berbekal sebilah parang.
Kumbati dan Kumalit semakin jauh masuk ke dalam hutan, memangkas setiap ranting yang menghalangi jalan mereka dan mengamati dengan seksama keadaan di sekeliling mereka, apakah terdapat jamur mentega yang berwarna kuning. Jauh di dalam hutan, Kumbati menemukan sebuah gua. Mulut gua itu nyaris tertutup oleh lumut dan sulur-sulur tanaman rambat.
”Lit, lihat ke sini,” panggil Kumbati. ”Ada sebuah gua.”
”Mana?” Kumalit mendekat.
Kumbati menunjuk pintu gua itu dengan parangnya.
”Bolehlah kita coba telusuri gua itu.” usul Kumalit.
”Iya Lit, siapa tahu di dalam gua itu ada jamur mentega. Dari tadi kita belum menemukan jamur mentega.” Kumbati mengamini usul Kumalit.
Akhirnya kedua kumang-kumang itu memasuki gua berbekal obor yang mereka buat dari getah kayu api. Gua itu begitu gelap dan cukup panjang. Sesekali mereka harus setengah merayap di beberapa bagian gua yang menyempit. Badan mereka basah karena keringat yang bercampur lumpur gua. Pada bagian tertentu dari gua itu mereka berdua harus mengangkat obor tinggi-tinggi karena air menggenang setinggi leher mereka. Nafas mereka mulai pendek pendek, api obor juga meredup. Tanda bahwa kandungan oksigen di tempat itu menipis. Namun perjuangan mereka tidak sia-sia. Sayup-sayup terdengar suara gemuruh air. Kedua kumang-kumang itu mempercepat langkahnya.
Di ujung gua itu terdapat ruangan yang cukup luas. Suara gemuruh air memenuhi ruangan. Mereka menemukan sungai bawah tanah yang cukup besar. Kumbati mengangkat obornya dan memeriksa sekeliling ruangan itu. Benda yang berwarna kuning berkilauan memantulkan cahaya obor mereka.
”Jamur mentega!!” seru kedua kumang-kumang itu hampir bersamaan.
Dinding gua itu dipenuhi oleh jamur mentega.
”Ini cukup untuk persediaan selama enam bulan lebih.” ujar Kumalit
”Iya, banyak sekali.” timpal Kumbati.
Segera mereka mengeluarkan karung besar dari anyaman pandan untuk mengambil jamur-jamur mentega itu. Kemudian dengan menyusuri bekas tebasan parang dan tanda yang telah mereka buat di pohon, Kumbati dan Kumalit berhasil keluar dari kegelapan Hutan Kumalindung. Mereka pulang dengan masing-masing membawa satu karung penuh jamur mentega. Di antara kawanan kumang-kumang, Kumbati dan Kumalit-lah yang memiliki simpanan jamur mentega yang paling banyak.
* * *
Enam bulan telah berlalu, namun tanda-tanda akan datangnya musim penghujan belum juga nampak. Sepertinya musim kemarau ini lebih panjang dari dugaan semua kumang-kumang. Seminggu kemudian, hampir semua kumang-kumang telah kehabisan persediaan makanannya kecuali Kumbati dan Kumalit yang masih memiliki beberapa potong jamur mentega. Beberapa kumang-kumang mulai memakan rumput yang masih cukup segar yang bisa mereka temukan di dalam hutan. Meskipun rasanya getir dan membuat perut mereka terasa mual, mereka tidak punya pilihan lain untuk bisa bertahan hidup. Namun sebagian besar kumang-kumang yang lain memilih untuk menghentikan semua aktivitas dan berdiam diri di rumah masing-masing untuk menghemat cadangan lemak dalam tubuh mereka. Demikian juga yang dilakukan oleh Kumbati dan Kumalit.
Pada suatu sore, Kumiola dan Kumpret berjalan tertatih-tatih melewati rumah Kumbati dan Kumalit yang saling berseberangan. Rupanya mereka berdua hendak menuju hutan untuk mencari rumput. Kumiola, kumang-kumang yang biasanya ceria dan bermain biola, tampak sangat lemah. Demikian juga dengan Kumpret, kumang-kumang pemain terompet, berjalan dengan menyeret kakinya. Keduanya saling menopang badan.
Kumalit melihat mereka berdua dari balik jendela. Namun, Kumalit diam saja, berbeda dengan Kumbati yang tinggal di seberang rumah Kumalit. Kumbati langsung keluar dari rumah, mengajak Kumiola dan Kumpret untuk mampir ke rumahnya untuk makan jamur mentega yang masih tersisa miliknya. Beberapa lama kemudian, Kumiola dan Kumpret keluar dari rumah Kumbati. Mereka berdua tampak lebih segar setelah makan jamur mentega. Kumbati mengantar mereka sampai halaman.
Begitu Kumiola dan Kumpret pergi cukup jauh, Kumalit menghampiri Kumbati.
”Apa kamu sadar apa yang sedang kamu lakukan Bat?” tanya Kumalit.
”Apa maksudmu?” Kumbati tidak paham.
”Kamu mengundang mereka makan jamur mentega ke rumahmu. Apa kamu tidak takut kehabisan persediaan jamur mentega?” ujar Kumalit. ”Kita tidak tahu kapan musim kemarau akan berakhir.”
”Ah .. jangan terlalu egois Lit. Apakah kamu tega melihat teman-temanmu kelaparan sedang kamu sendiri masih memiliki beberapa potong jamur potong yang tersisa?” Kumbati gusar.
”Tapi jamur mentega itu kan jamur yang aku cari dengan susah payah. Aku berhak untuk menyimpan jamur itu untuk diriku sendiri.”
”Aku? Kamu lupa Lit, KITA yang menemukannya bersama-sama.”
”Yaa .. maksudku, kamu seharusnya juga tidak perlu membagi-bagikan jamur mentega hasil jerih payahmu.” jelas Kumalit. ”Kamu bodoh Bat!”
”Jika pandai adalah kata sifat untuk orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, maka aku memilih untuk menjadi bodoh Lit!” tangkis Kumbati. ”Lagipula, musim kemarau pasti akan berakhir Lit.”
”Yah .. terserah kamu Bat. Kamu memilih untuk kelaparan.”
”Aku memilih sesuatu yang memang seharusnya aku lakukan. Berbagi makanan dengan teman-teman lain yang membutuhkan.” ujar Kumbati tegas sambil melangkah masuk ke dalam rumah.
Kumalit tersenyum sinis. Di dalam rumah, Kumalit menghitung-hitung persediaan jamur mentega yang telah memudar warna kuningnya. ”Hmm .. ini masih cukup untuk beberapa minggu lagi.” ujar Kumalit pada dirinya sendiri.
* * *
Pada akhir bulan ketujuh musim kemarau, persediaan jamur mentega Kumbati telah habis. Sedang jamur-jamur mentega milik Kumalit mengalami perubahan warna. Jamur mentega yang tadinya berwarna kuning berubah menjadi putih dan timbul bercak-bercak kecil berwarna biru. Kumalit sehari-hari makan persediaan jamur mentega yang masih tersisa, sedang Kumbati mulai sering ke hutan bersama Kumiola dan Kumpret untuk mencari rumput hijau yang masih bisa dimakan.
”Sampai kapan ya musim kemarau ini berlangsung?” tanya Kumpret pada suatu hari saat mencari rumput bersama Kumbati di hutan.
”Tidak akan lama Pret .. tidak akan lama.” jawab Kumbati.
Rupanya Tuhan mengamini doa Kumbati. Tiga hari kemudian awan gelap menggantung di langit dan hujan tercurah dari langit. Seiring dengan datangnya hujan, jamur-jamur mentega bermunculan di tepian sungai. Semua kumang-kumang bersuka cita. Namun Kumalit tidak tampak bersama mereka.
”Apakah kamu melihat Kumalit Rus?” tanya Kumbati kepada Kumatirus yang sedang mencari jamur mentega di tepian sungai.
”Nggak tu Bat.” jawab Kumatirus dingin.
Kumbati memungut beberapa jamur mentega segar. Lalu bergegas ke rumah Kumalit.
* * *
”Halo ... Lit, apa kamu di rumah?” teriak Kumbati sambil mengetuk pintu rumah Kumalit.
Tidak ada jawaban.
”Halo ... Lit ... ,” Kumbati membuka pintu. Pintunya tidak dikunci. Dia mencium bau yang busuk dan menyengat. Kumbati terkejut ketika melihat Kumalit tergeletak di lantai. Segera Kumbati memeriksa keadaan Kumalit. Kumalit masih hidup, dia hanya pingsan. Kumbati bergegas mengambil akar kayu wangi di rumahnya untuk membangunkan Kumalit.
”Makanlah ini Lit,” ujar Kumbati menyodorkan jamur mentega segar saat Kumalit sadar. Dengan sangat lemah Kumalit berusaha menelan jamur yang diberikan Kumbati.
”Apa yang terjadi Lit?” tanya Kumbati saat Kumalit terlihat lebih baik.
”Sepertinya aku pingsan setelah memakan jamur mentega yang telah berubah warna Bat.”
Kumbati teringat bau menyengat yang diciumnya saat masuk ke rumah Kumalit. Kemudian dia mencari sumber bau itu. Ternyata bau itu berasal dari persediaan jamur mentega milik Kumalit yang kini telah berwarna biru. Rupanya setelah tujuh bulan dicabut dari tempatnya tumbuh, jamur mentega akan membusuk dan beracun.
”Rupanya kamu keracunan jamur mentega busuk Lit.” ujar Kumbati.
Kumalit mengangguk mengiyakan.
”Lain kali kamu tidak perlu menimbun jamur mentega Lit. Menimbun jamur mentega akhirnya malah akan mencelakakan dirimu sendiri.” nasehat Kumbati.
Kumalit diam saja.
”Sebaiknya persediaan jamur mentega dibagikan untuk teman-teman yang membutuhkan daripada dibiarkan membusuk seperti ini.” lanjut Kumbati. ”Toh musim penghujan pasti akan datang lagi Lit. Begitulah hukum alam yang berlaku.”
”Aku rasa kamu benar Bat. Maafkan aku kalau ucapanku dulu menyakitimu.” akhirnya Kumalit mengakui kesalahannya.
(It supposed to be an anonymous story)

Rerata & Standar Deviasi

Kurang kerjaan banget ... karena akhir-akhir ini ndak ada ide nulis cerpen, aku pengen majang kerjaan terakhirku (bagian yang paling aku suka dari buku panduan penelitian sederhana untuk anak-anak)

...



Perhitungan statistika sederhana seperti di atas dapat dipakai untuk menganalisa kumpulan data seperti pada contoh berikut:

Gaara siswa XII IPA 4 melakukan survey terhadap 20 orang di Desa Konoha untuk mengetahui lebih populer siapa, Naruto atau Sasuke. Hasil dari survey Gaara ternyata ada 10 orang yang lebih menyukai Naruto dan ada 10 orang yang menyukai Sasuke. Dalam hal ini Naruto dan Sasuke sama populernya. Namun, dari data Gaara ada hal lain yang cukup menarik. Sewaktu melakukan survey, Gaara mengambil data usia responden yang hasilnya sebagai berikut

Usia 10 orang yang milih Naruto: 12, 6, 15, 3, 12, 6, 21, 15, 12, 18

Usia 10 orang yang milih Sasuke: 12, 10, 12, 14, 13, 12, 11, 14, 12, 10

Kedua kumpulan data memiliki rata-rata 12 tahun. Namun, usia kelompok data yang menyukai Naruto lebih bervariasi karena deviasi standarnya 5,6 tahun sedang deviasi standar usia kelompok data yang menyukai Sasuke 1,4 tahun. Sehingga dari analisis yang dilakukan Gaara dapat dikatakan bahwa Naruto sedikit lebih populer dari Sasuke.

(cukup jelas? kalau ada pertanyaan silakan ... )