Wednesday, September 29, 2021

Pengurangan Model Sedekah

Habis ikut Bincang Gernas Tastaka jadi punya ide tentang pengurangan model sedekah. Maksudnya gimana ini? Sedekah kok mengurangi? Bukan begitu Ferguso ... 

Gini ...

Biasanya pengurangan kan modelnya "gunggung susun". Contoh:

43 - 29 = ?

Jaman dulu, kita selesaikan permasalahan itu dengan metode kurang susun:

43

29

---- -

14

Di situ ada proses "pinjam" 10 dulu biar bisa dikurang sama 9. 

Nhaa ... ini menanamkan mental ngutang. Hayah. Hahaha.

Gimana kalau menyelesaikan masalahnya dengan sedekah saja.

43 disedekahi 1, 29 juga disedekahi 1 sehingga jadi kayak begini:

43 - 29 = (43 + 1) - (29 + 1) = 44 - 30 = 14

Kayak lebih panjang tapi lebih gampang mengurangkan 30 dari 44. Terlebih, ngajarin sedekah pula. Bukan ngutang. #OpoSeh 

Asalnya dari a - b = a - b + x - x = (a + x) - (b + x)

Coba pakai angka lain.

51 juta - 26 juta = ?

Saya sedekahi 4 juta dua duanya ... kurang dermawan apa coba ...

Jadi, 

55 juta - 30 juta = 25 juta  

Perlu bikin hestek nggak nih? #matematikaSedekah 

wkwkwkwkwkwk

Monday, September 20, 2021

NMNH

Ini ceritanya repost dari postingan jadoel, catatan saat saya, Ifta dan Nana berkunjung ke National Air & Space Museum (NASM) dan National Museum of Natural History (NMNH) di Washington DC dan terpana. So, saya mau berbagi (lagi) kesan yang saya dapet dari kunjungan ke kedua museum itu.

Ya, saya mengakui kalo' saya ndeso. Saya literally gejedug tiang waktu pertama kali masuk ke aula besar-nya NASM saking ndomblong ngliatin pesawat-pesawat yang dipajang di langit-langit museum. Melihat koleksi museum dalam ukuran asli-nya emang memberi pengalaman dan kesan yang berbeda dari sekedar liat di buku atau -bahkan- virtual tour-nya di Internet.

Pertanyaannya, kenapa museum adalah salah satu objek penting dalam lingkup teknologi pembelajaran? Ya jelaslah, karena melalui museum kita bisa bikin orang belajar. Meskipun, tujuan museum itu bisa saja sekedar menyimpan koleksi tanpa harus membelajarkan.

Sayangnya, sepanjang pengalaman saya jalan-jalan ke museum-museum di Indonesia jarang-jarang ada museum yang memberikan pesan pembelajaran yang kuat. Kebanyakan museum menyajikan tumpukan informasi tentang koleksi. Ya nggak salah sih, dan bukan berarti mengakuisisi informasi baru itu nggak belajar. Belajar juga. Tapi dalam bayangan saya, museum sebenernya sangat mampu dibawa ke level selanjutnya: menginspirasi.

Tantangan utamanya, pengunjung juga kadang ke museum tidak dalam kondisi untuk belajar tapi sekedar jalan-jalan dan cuci mata. Kebanyakan motif-nya paling untuk bisa bilang "eh, aku pernah lho ke museum yang itu." Tapi tidak sedikit juga sebenarnya pengunjung museum yang berharap lebih seperti guru-guru TK yang membawa murid-muridnya ke museum waktu akhir tahun ajaran. Bayangkan dampak jangka panjangnya kalau anak-anak TK itu sampai bisa terinspirasi oleh kunjungan mereka ke museum.

Saya melihat sendiri bagaimana reaksi anak saya ketika melihat kupu-kupu yang biasanya cuma dia lihat di Internet, jadi nyata dan beterbangan di sekeliling dia di paviliun Live Butterfly-nya NMNH: bahagia. Tentu saja, apa yang bisa menggantikan first hand experience dalam belajar? Museum mampu membawa dunia gambar-gambar dua dimensi menjadi objek tiga dimensi dalam ukuran yang sebenarnya, hidup pulak.

Pe-eR besar untuk teknolog pembelajaran salah satu-nya adalah bagaimana merancang exhibit yang bisa memberikan kesan mendalam. Ngayal ya?

Nggak juga sebenernya.

Saya ambil contoh kasus saya di NMNH ya. Subjektif sih emang :p

Ada satu displai di NMNH yang paling berkesan buat saya. Displai Dinggo, anjing liar Australia. Dinggo itu pendatang di Australia dari Indo-Cina. Sebelumnya ada hewan lain -yang saya lupa namanya- yang native Australia dengan spesifikasi yang mirip Dinggo: karnivora, tapi sudah punah karena kalah bersaing dengan Dinggo. Kenapa? Karena Dinggo berburu secara berkelompok (kooperatif), hewan asli ini berburu secara individual. Pesannya jelas: kalo' Anda mau bertahan hidup seperti Dinggo, bekerjalah dalam kelompok. Jangan egois. Bagaimana saya bisa mendapatkan pesan itu? Karena saya membaca papan keterangan di displai itu. Bagaimana saya tertarik membaca papan keterangan yang biasanya menjemukan itu? Karena saya memencet tombol yang sangat menarik untuk dipencet, dan ketika dipencet tombol itu memberikan efek kejut pada displai. Sayang sekali saya lupa motret displai ini, jadi saya ceritakan verbal saja. Jadi to, displai itu jika dilihat sekilas hanya replika Dinggo dengan latar belakang kain putih. Tapi ketika tombol ditekan, lampu yang menyinari Dinggo padam, dan ada lampu yang menyinari objek dibalik kain putih -yang tidak lain adalah hewan yang telah punah tadi- sehingga kita dibikin terkejut karena tadinya kita nggak sadar ada objek itu sebelumnya.

Di situ saya belajar dan membawa pulang kesan. Terlebih lagi saya menuliskannya di blog ini, jadi lebih mbekas lagi -ya iyalah, lha wong trus ada catetannya-.

Where does it live?
How big or small is it?

Kesan lain yang saya dapet dari NMNH adalah bahwa pengunjung digerojok abundant exhibits dengan keindahan tata displai yang memberikan nuansa "the great nature wonders". Yang meskipun setelah keluar dari museum seorang pengunjung bisa saja tidak membawa pulang informasi baru secuil pun, setidaknya bisa bilang "that was AWESOME!"

Wednesday, September 15, 2021

Shoot Go Blam Blam

Cara Bermain:

• Klik bendera hijau untuk memulai.

• Putar meriam (roket) dengan menggunakan anak panah ke kiri atau ke kanan untuk mengarahkan tembakan.

• Tembak kelelawar dengan menekan spacebar atau tombol lingkaran.

• Berapa kali tembakan diperlukan untuk menembak 5 kelelawar pada kesempatan pertama saudara mencoba permainan ini?

• Coba mainkan permainan ini beberapa kali (klik Bendera Hijau di pojok kiri atas untuk mengulang permainan).

• Dari sekian kali saudara memainkan permainan ini, berapa rekor terendah jumlah tembakan yang diperlukan untuk menembak 5 kelelawar?

• Bagaimana strategi yang saudara gunakan supaya jumlah tembakan yang diperlukan sesedikit mungkin?

• Bagikan pendapat saudara pada kolom komentar di bawah.

Friday, September 10, 2021