Tuesday, June 22, 2021

Katarsis COVID19

Kalo situ nggak percaya ada COVID-19 ya silakan. Tapi jangan jadi media penularan COVID-19, trus nular-nulari orang lain yang memang benar-benar rentan sama penyakit ini.

Coronavirus itu benda yang tidak kasatmata. Jadi wajar ada orang yang nggak percaya COVID-19 itu ada. Repotnya, ketidakpercayaan itu berujung ke perilaku yang dapat merugikan orang lain.

Boleh nggak percaya COVID-19 itu ada, tapi mbok ya tetep menjalankan prokes untuk kebaikan bersama. Rajin cuci tangan, pakai masker, menghindari kerumunan, jaga jarak, jaga kesehatan sendiri dan orang lain. For fuck sake, bahkan kalau nggak ada COVID-19 pun protokol kesehatan itu setidaknya melindungi kita dari penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) macam flu. Pernah bandingin nggak? Sebelum pandemi setahun batuk pilek berapa kali? Setelah pandemi? Data Puskesmas menunjukkan, adanya pandemi menurunkan kasus penyakit ISPA yang lain. Kenapa? Karena pola hidup kita secara kolektif jadi lebih sehat: PROKES!

Situ juga boleh nggak percaya vaksin. Situ boleh bilang kalo orang yang divaksin masih bisa kena COVID-19; ini benar. Situ boleh kasih artikel yang nunjukin orang yang divaksin malah ada yang kena efek samping yang berat macam penggumpalan darah atau sampai diamputasi kakinya. Tapiii ... (udah ditunggu kan tapi-nya dari tadi) ... berapa banyak orang yang udah divaksin dan baik-baik aja?? Vaksin itu fungsinya membentuk antibodi dalam tubuh kita sehingga kalo kita terpapar virus, antibodi-nya udah siap. Kalo terpapar sama coronavirus, bisa nggak kita jadi sakit walo udah divaksin? Ya bisa. Yang udah divaksin aja masih bisa kena COVID-19, apalagi yang enggak.

Vaksin itu ibarat pake helm kalo naik motor. Situ boleh aja pake/nggak pake helm kalo naik motor (terutama kalo nggak ada polisi, ya to?). Orang yang pake helm pun masih bisa kecelakaan. Tapi seenggaknya lebih aman pake helm daripada enggak. Iya apa iya?

Karena orang yang divaksin masih bisa sakit, makanya yang namanya prokes itu tadi harus selalu kita tegakkan.

Trus apa gunanya pemerintah ngabisin duit buat vaksin dong? Pemberian vaksin gratis itu wujud tanggungjawab pemerintah untuk melindungi kita kita yang lebih banyak bacotnya. Vaksin itu menurunkan tingkat keparahan penyakit. Biar fasilkes kita nggak kewalahan menyediakan obat dan oksigen. Ini bisa menurunkan angka kematian akibat COVID-19. Bayangkan kalau orang yang harusnya bisa diselamatkan oleh rumah sakit (RS) mati hanya karena RS udah nggak punya tempat atau obat gara-gara terlalu banyak yang sakit (contoh: India). Angka kematian ini berarti konteksnya kesehatan masyarakat ya. Bukan sekedar orang per orang, individu. Angka-nya kumulatif, kolektif. Mbok ya kadang-kadang mikir itu pake sudut pandang orang banyak gitu, nggak cuma mikir udel masing-masing terus.

Trus katanya ada mutasi dan varian-varian baru dari coronavirus? Iya bener. Ini gara-garanya virusnya terlalu lama bersirkulasi. Rantai penularan coronavirus selama satu tahun lebih ini telah gagal kita putus.

Virus itu tujuan hidupnya cuma satu: memperbanyak diri. Dalam proses memperbanyak diri itu kadang ada yang berubah. Ini namanya mutasi. Kebanyakan mutasi itu sifatnya tidak menguntungkan bagi keturunan virus-virus itu dan kemudian mutasi ini hilang dengan sendirinya. Tapi dari sekian juta mutasi, ada yang menguntungkan, seperti yang bikin virusnya lebih mudah nempel ke sel manusia. Ini yang menyebabkan tingkat penularannya jadi lebih tinggi karena peluang nempelnya ke orang jadi lebih tinggi. Keturunan virus yang memiliki mutasi yang menguntungkan seperti ini biasanya bertahan. Ini prinsip dasar evolusi: seleksi alam.

Semakin lama virusnya bersirkulasi artinya semakin besar peluang dia untuk bermutasi lagi.

Apakah virusnya punya rencana jahat? ENGGAK. Virus itu bukan makhluk cerdas. Manusianya aja yang goblok. Cuma iblis dan manusia yang punya kemampuan menyusun rencana jahat. Virus mah ngikut manusianya. Kalo manusianya dengan senang hati menular-nularkan penyakit dan membiarkan si virus berkembangbiak ya virusnya hepi-hepi aja, ikut.

Kalo virusnya bermutasi, vaksinnya jadi nggak mempan dong? Yah ini mah balik lagi ke masalah helm itu tadi. Intinya mending divaksin daripada enggak DAN meskipun sudah divaksin masih harus tetap PROKES.

Yang terakhir masalah ekonomi.

Adalah benar bahwa banyak sektor yang terpukul secara ekonomi akibat COVID-19. Repotnya, semakin lama kita membiarkan COVID-19 ini menyebar dan bermutasi, semakin runyam pula perekonomian kita. Satu-satu-nya cara supaya ekonomi kita balik lagi kayak dulu itu kalo kita menegakkan PROKES.

Maskeran. Cuci tangan. Hindari kerumunan. Jaga jarak. Jaga kesehatan.

Wednesday, June 09, 2021

Eksploataisyong de Long par Long

Aslinya "l'exploitation de l'homme par l'homme" yang kata teman baik saya dipopulerkan Pak Karno kala itu. Artinya kurang lebih eksploitasi manusia atas manusia yang lain. Pada saat itu mungkin konteksnya adalah imperialisme dimana satu bangsa menjajah bangsa yang lain. Pada saat ini, konteksnya mungkin kapitalisme dimana pemilik modal mengeksploitasi kelemahan orang lain semata-mata demi kepentingan kapital.

Contoh paling keliatan hari ini adalah bagaimana McD mengeksploitasi cinta buta para penggemar BTS dengan menjual produk yang sebenernya biasa saja jika tidak dilekati embel-embel dan promo tajir melintir. Tapi ya begitulah manusia, mudah silau, mudah lupa, dan mudah dimanipulasi.

Saya tidak sedang ingin memahami fenomena. Karena menurut saya hal-hal seperti itu tidak perlu dipahami. Cukup diterima saja sebagai kenyataan yang sedang terjadi. Ha trus gimana? Pripun Pak Ageng .. kalo istilah Mister Rigen.

Apa ya trus kita pake acara boikot memboikot hal hal yang berbau kapitalisme? Ayakkk ... ya imposibel.

Menurut saya, ndak perlu boikot-boikotan ... yang diperlukan itu memperbaiki mindset dari diri kita sendiri, mendawamkan hal-hal sederhana ... kalo bahasa kerennya mungkin developing micro-habits yang lebih sehat; baik dalam kerangka kesehatan fisik, mental, maupun ekonomi masyarakat seperti biasakan belanja ke warung sebelah. Sekali-kali belanja di supermarket ya nggak apa-apa tapi porsinya diratakan gitu biar yang usaha kecil juga dapet. Jajan juga begitu. Sebisa mungkin kalo jajan ya nglarisi pedagang kecil-kecilan, bukan melulu ke pemain besar macam McD atau KFC. Ning ya nggak perlu boikot. Toh yang kerja jadi pelayan-pelayan di pemain besar itu juga sama-sama orang susah macam kita.

Seperti kata orang di Internet, kita sengsara bersama di dalam badai yang sama meskipun pemilik kapital itu sengsara-nya di kapal cruiser yang besar dan yang kelas teri macam kita sengsara-nya di kapal kayu kecil yang bocor-bocor ...