Wednesday, September 11, 2013

Inilah kenapa saya suka naik bus...

Diskusi di kelas seru sekali sampai Dr. L.W. nggak tega untuk mengakhirinya. Dan ketika jam hampir menunjukkan pukul 7, kelas terpaksa diakhiri karena ruangannya akan digunakan oleh kelas berikutnya. Hmmm... masalahnya buat saya, kalau keluar jam segini dijamin ketinggalan bus 7.10 ke arah White Marsh dan harus nunggu 1 jam lebih. Tapi ya mau bagaimana lagi.

Langit malam dihiasi bulan sabit, dan kira-kira ketika jalur 58 itu datang sudah pukul 8.15, maklum HP habis batere ndak bisa ngerti jam. Saya naik bersama serombongan penumpang yang sudah menunggu sedari tadi. Di antaranya ada seorang bapak setengah tua, kulit putih, cuma pakai singlet, rambutnya ikal agak panjang dan dikucir, resleting celananya entah lupa belum dinaikin atau memang sudah dol saking celananya udah lusuh. Bapak setengah baya ini mengambil duduk di barisan depan.

Ketika bus berjalan, si bapak ngobrol nggak jelas sama penumpang lain di belakangnya. Lagaknya dia beli sesuatu seharga 30 dolar lebih tapi ketipu apa gimana, ndak jelas. Si bapak ceritanya sambil agak sebel gitu.

Di seberang si bapak ada ibu muda, kulit hitam, bawa 2 anak. Yang satu umurnya kira-kira 6 tahun, yang satu masih bayi di dalam "portable craddle". Saya tadinya nggak nyadar kalo ternyata bawaan si ibu muda ini lumayan banyak: stroller, dua buah tas tenteng dan sebuah tas punggung. Ketika si ibu ini mau turun di Northern Pkwy & Harford Rd., si bapak yang tadinya nggrundel nggak jelas serta merta menawarkan bantuan.

"Give it to me, let me help you," kata si bapak

Ibu muda itu tampak enggan.

"Let me help you, I will get back to the bus after taking your stuffs down," lanjutnya sambil meletakkan kantong plastik yang sedari tadi dibawanya.

Akhirnya si ibu muda ini menyerahkan stroller dan dua tas tenteng-nya ke si bapak.

"Hold on, hold on," kata si bapak pada supir bus. Kemudian si bapak ini naik lagi ke bus dan bilang, "Thank you, Sir," kepada si supir bus. Setelah itu si bapak ngobrol lagi sama penumpang lain yang duduk di belakangnya, seperti tidak terjadi apa-apa.

Dan saya pun melayangkan pandang ke luar jendela, menikmati cahaya lampu-lampu jalanan Baltimore yang berwarna oranye.

No comments: