Wednesday, October 11, 2006

Suatu sore di tepi Code

Being witness to the unfolding of the human soul ...



Scientific observation has established that education is not what the teacher gives; education is a natural process spontaneously carried out by the human individual, and is acquired not by listening to words but by experiences upon the environment. The task of the teacher becomes that of preparing a series of motives of cultural activity, spread over a specially prepared environment, and then refraining from obtrusive interference. Human teachers can only help the great work that is being done, as servants help the master. Doing so, they will be witnesses to the unfolding of the human soul and to the rising of a New Man who will not be a victim of events, but will have the clarity of vision to direct and shape the future of human society.

- Maria Montessori

Sunday, October 01, 2006

Joni

20 Agustus 2006

Aku dan adikku baru aja turun dari Shopping Center lantai dua bawa 2 tumpuk kitab tafsir.

"Mas, jadi beli sate nGgak?"

"Jadi deh. Dek yang beli ya. Aku nunggu di kursi itu." kataku sambil menunjuk kursi taman berwarna hitam.

Aku kemudian membawa kedua tumpukan besar buku itu ke kursi taman dan duduk menunggu adikku beli sate di dekat pintu masuk Taman Pintar. Aku baru sadar kalo' ada seorang anak kecil yang nDut dan item, rambutnya jabrik (kayak aku banget) dan nGgak pake sandal duduk sendirian di kursi yang sama.

Entah kenapa aku tau-tau tanya ke anak kecil itu. "Udah masuk Taman Pintar dik?" tanyaku sok ramah.

Anak itu cuma mengangguk.

"Kok sendirian?"

"Mmau Ppulang ttapi mmama nGgak adaaa ..." tangisnya pecah.

"Ooo .." aku masygul "Ntar habis adik Om selesai beli sate, kamu aku anter ke bagian informasi deh. Biar nanti diumumin pake pengeras suara." Aku jadi ingat kejadian pas dulu aku kehilangan mama-ku di Dufan. Anak itu mengangguk lemah. Airmatanya mengalir. Orang yang berlalu lalang tampak tidak memperhatikan. Semuanya sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

"Nama kamu siapa?" aku berusaha menenangkan anak nDut itu.

"Joni."

"Zeni?" aku agak nGgak jelas menangkap ucapannya

"Joni."

"Jeni?"

"Joni!!" anak kecil itu agak berteriak.

"Ooo ... Jhonny ..." aku tampak sangat blo'on. Si Joni tersenyum kecil.

"Rumahnya mana?"

"Sana." kata Joni sambil menunjuk arah nGgak jelas Aku agak kebingungan juga menghadapi anak kecil yang kehilangan induknya seperti ini (emang ayam!?)

"Sekolahnya dimana?"

"Kanisius."

"Kanisius kan banyak. Kanisius yang mana?" aku cuma mBatin. Soalnya kalo' aku terusin pertanyaanku nanti si Joni malah tambah bingung.

"Sekolahnya deket rumah?"

"Ho-oh" dia manthuk-manthuk.

Aku udah hampir kehabisan pertanyaan. Untung adikku datang. Aku ceritain kejadiannya. Lalu kami mengantarnya ke Kantor Taman Pintar. Beberapa minggu sebelumnya aku pernah blusukan ke Taman Pintar bareng anak-anak hiddenleaf, sampe diteriakin penjaganya pake megaphon segala gara-gara naek-naek ke atep gedung. Jadi nGgak susah cari orang yang bertanggungjawab atas anak hilang di Taman Pintar.

Setelah kami masrahke si Joni ke Kantor dan meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja di sana, kami pulang.

Hari itu aku sangat bahagia. Diberi kesempatan untuk menolong seorang anak hilang oleh Allah merupakan suatu kehormatan buatku. Seakan-akan aku dikirim Allah ke dunia hanya untuk menolong anak kecil itu, hanya untuk hal yang sangat sepele seperti itu.

Aku berharap Joni sudah bertemu mama-nya saat ini.

"Tadi dianter ke sini sama siapa Jon?"

"nGgak tau ..."

* * *

Segala puji hanyalah untuk-Mu, Yaa Allah. Yaa Rahmaanu Yaa Rahiim.