Monday, March 24, 2008

Mas Ngatiyar

Sore itu langitnya mendung. Riko yang sudah lama nggak mampir ke angkringan Lik Jumakir menepikan motornya untuk silaturahim dan sekedar makan ampela bakar serta minum jahe panas favoritnya.

"wah yang sudah jadi orang ... " sapa Lik Jumakir.

"bukannya dari dulu sudah orang ya mas," Riko membalas klise.

"ho oh kie .. mentang mentang sudah bekerja, trus jarang nongkrong," sambar seseorang.

"wee .. ada mas Ngatiyar juga to."

Rupanya Riko bertemu teman lama yang suka nongkrong di angkringan Lik Jumakir. Mas Ngatiyar namanya, seorang aktivis LSM yang sudah punya jam terbang tinggi.

"Ampela bakar sama jahe Lik, biasa ... " pesan Riko sambil mengambil tempat duduk favoritnya, di dekat tungku.

"Sekarang sibuk ngapain Ko?" tanya Mas Ngatiyar

"Biasa mas ... dari dulu juga kerjaannya main-main sama anak-anak SD."

"Hayah ndobos banget," cibir Mas Ngatiyar. "Kalo' sudah jarang nongkrong di angkringan ini berarti udah punya tempat tongkrongan lain. Ya to?" kejarnya.

"ho oh itu ... " Lik Jumakir ikut nimbrung sambil menyodorkan segelas jahe panas.

"Ya iya sih mas, tapi ya minatku sama pengembangan pendidikan sains untuk anak nggak berubah mas. Kayak sampeyan nggak tahu aku aja."

"Lha kok bisa betah banget dolanan sama anak-anak SD tu kamu ngapain aja to?"

"Ya bikin mainan-mainan sederhana yang bisa dimainin anak-anak SD di rumahnya. Ya masuk ke SD-SD, berbagi sama guru-guru sepuh yang sudah punya banyak pengalaman sekaligus belajar dari mereka. Seru lho mas."

"Lha iya .. tapi dolananmu tu contohnya kayak apa?" kejar Mas Ngatiyar.

Sambil mengambil ampelanya yang sudah dibakar dan dilumuri kecap, Riko meminta dua batang lilin ke Lik Jumakir.

"Contohnya ini ni mas," Riko menyalakan kedua lilin tadi. Sebuah lilin dalam posisi tegak dan lilin kedua dipegang di tangan kanan. Sembari tangan kirinya melindungi api lilin pertama supaya stabil, Riko mengatur letak lilin di tangannya sedemikian rupa sehingga api lilinnya membumbung ke atas dan menghilang. Apinya terbang!

"Wuehh!! Elok tenan!" seru Mas Ngatiyar. "Kok bisa gitu Ko?"

"Lha menurut Mas gimana bisa gitu?"

"Wah .. aku nggak ngerti sains Ko."

"Ini ceritanya panas api lilin yang di bawah mendorong uap parafin di lilin kedua sehingga parafin tidak terbakar di sumbu lilin tapi terbakar beberapa senti dari sumbu."

"Yang kayak gini ini yang kamu mainin sama anak-anak SD?"

"Ho oh." Riko menyeruput jahe panasnya. "Tapi yang pokok itu bukan mainannya mas, yang pokok adalah menanamkan sikap ilmiah ke anak-anak dengan menggunakan fenomena-fenomena sains di sekitar kita," lanjutnya.

"Maksude gimana itu?"

"Ya dengan permainan seperti ini kan kita bisa ngajak diskusi, tanya jawab. Jawaban tentang gimana sesuatu terjadi jangan langsung dikasih tapi kalo' bisa anaknya sendiri yang menyimpulkan. Namanya kalo' nggak salah 'socratic questioning'."

"Hmmm .. kayaknya aku dulu pernah dapet itu pas kuliah filsafat tapi udah lupa .. " gumam Mas Ngatiyar.

"Trus tugas guru dalam kacamata Maria Montessori pada dasarnya bukan sebagai sumber belajar tapi sekedar fasilitator. Tugas guru adalah menjadi pelayan yang mempersiapkan lingkungan belajar untuk murid-muridnya sehingga muridnya sendirilah yang nantinya belajar dari lingkungan yang telah disediakan itu. Kata Montessori lagi, kalo' proses itu dialami oleh murid yang bersangkutan maka anak itu akan terbuka jiwanya dan menjadi manusia baru."

"Wheeheheh .. elok elok. Berat iki ... " Mas Ngatiyar terkekeh.

Riko hanya menanggapinya dengan bahasa tubuh lalu memakan ampela bakarnya. Awan kelabu yang dari tadi menggelayut mulai turun dan menitikkan rinai hujan yang begitu lembut.

"Sudah dulu ya Lik, keburu hujannya deres," pamit Riko sambil membayarkan sejumlah uang.

"Aku juga Lik, sekalian aja. Nanti ndak kehujanan di jalan." Mas Ngatiyar ikutan.

"Kapan-kapan ngobrol lagi ya Ko," ujar Mas Ngatiyar.

"Ok deh .. tapi lain kali Mas Ngatiyar yang harus bagi-bagi ngelmu. Heheheh ... "

Dan senyuman pun menghiasi berakhirnya majlis ilmu kecil-kecilan di warung angkring tadi. Yang tidak mereka tahu, beberapa pasang malaikat mendoakan kebaikan atas mereka bertiga. Maka mana lagi nikmat dari Tuhanmu yang kau dustakan?

Fa bi ayyi aalaa-i Rabbikuma tukadzdziban?

Arkhadi Pustaka

Plosokuning, 24 Maret 2008 pk1 dini hari

Terinspirasi obrolan dengan Mas Ngatiyar yang asli. Peace Mas :D

Thursday, March 20, 2008

Berbagi Kebahagiaan

AlhamduliLlah ... SubhanaLlah ...

telah lahir putri kami tercinta ke dunia, pada tanggal 17 Maret 2008 bertepatan dengan 9 Maulud 1429 H pukul 16.25 sore, persalinan spontan.

Tiada yang dapat kami ungkapkan selain puji dan syukur yang teramat dalam ke hadirat Allah SWT. Dan berharap agar anak kami menjadi orang yang bertakwa, berbakti kepada orangtua, bermanfaat untuk semua dan dekat dengan Tuhannya. Sesuai nama yang kami berikan padanya, yang merupakan seuntai doa: Najwa Maulida Arifah

najwa