Bagi orang-orang yang hidup (atau pernah hidup) di negara dengan empat musim, setiap musimnya membawa arti tersendiri. Hangatnya matahari, putihnya salju, keceriaan musim semi dan eksotisme musim gugur. Perubahan iklim membawa inspirasi dalam setiap langkah kehidupan.
Musim gugur yang pernah saya lalui di Amerika tidak banyak menyisakan kenangan. Hanya saja eksotisme-nya masih membekas. Kesibukan tupai-tupai mencari kenari untuk persediaan musim dingin, kepak sayap burung yang bermigrasi dan angin kencang yang meniup dahan-dahan kering.
Dalam dinamika kehidupannya, musim gugur bertutur tentang banyak hal. Tentang perpisahan dan harapan. Alam semesta selalu memberi kita makna yang dalam pada setiap kejadian. Seperti apa yang diungkapkan Jalaluddin Rumi dalam puisinya : Be grateful for whoever comes, Because each has been sent is a guide from beyond.
Bersama daun-daun yang berguguran, izinkan saya menuliskan puisi:
Ranting Cemara
Dahan tua lapuk dan mengering
Gugur ke tanah menjadi pupuk
Biarkanlah waktu mengurainya menjadi hara
Memberi makna bagi kehidupan yang baru
Kenari-kenari
Biji menjadi biji yang kering
Jatuh ke tanah dan tertanam dalam
Dua musim akan berlalu
Dan semi akan menghampiri
Saat tunas muda merekah menyambut pagi
Genangan Air
Jika hadirku di sini tak memberi arti
Biarkanlah aku menguap pergi
Mencari arti pada luasnya bumi
Sampai tiba saatnya nanti
Aku kembali …
Sebagai hujan yang menyirami
No comments:
Post a Comment