Ya, aku lebih suka bilang FENOMENA ALAM BERPOTENSI BENCANA. Bencana itu terjadi ketika ada kesenjangan/gap yang besar antara fenomena alam berpotensi bencana dan kesiapan manusia. Memang, dalam kacamata yang lain (Agama) fenomena alam berpotensi bencana itu tidak semata-mata terjadi secara natural. Tentu di dalam setiap kejadian terdapat campur tangan Tuhan. Yang perlu diingat, Tuhan juga menganugerahkan kepada kita akal budi sehingga dapat menjadi khalifah di bumi.
Kembali ke frekuensi... akibat tidak dhong-nya diriku pas SMP tentang pentingnya memahami bahwa kita ada di pertemuan lempeng benua, informasi tentang pertemuan para lempeng benua itu ya jadi informasi ensiklopedik semata. Nggak ada tindak lanjutnya... Baru sekarang aku bisa mikir:
"Oh, kalo' gitu semua masyarakat Indonesia perlu siap terhadap segala bentuk fenomena alam yang berpotensi bencana, terutama yang berada pada daerah rawan seperti jalur Sumatra-Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Timor dan area Kepulauan Maluku-Papua."
Ha njuk tentu saja, semua elemen masyarakat perlu mulai melakukan aksi nyata untuk menyiapkan diri mengantisipasi fenomena alam berpotensi bencana seperti:
1. kalo' rumahnya dipinggir pantai ya mungkin perlu meng-engineering rumah yang streamline atau bisa mengapung sehingga kalo' kena tsunami slamet.
2. nanemin Bakau banyak-banyak untuk benteng tsunami.
3. kalo' mbangun rumah ya rumah yang tahan gempa.
4. bikin sistem tanggap bencana berbasis komunitas.
5. ngasi pengertian ke anak-anak gimana caranya mengatasi situasi kebencanaan.
dan masih banyak lagi yg aku belum kepikiran...
Moga-moga yang lain tidak lebih ndong dari aku.
No comments:
Post a Comment