Saturday, April 21, 2012

CTP-05: Why do we use e-learning?

Bulan ini tadinya nggak ada pertanyaan yang menurut saya cukup menggelitik untuk ditulis di sini. Dan kebetulan saya masih berkutat baca buku-nya Anita Rosen, e-Learning 2.0 Proven Practices and Emerging Technologies to Achieve Real Results, yang menurut saya belum terlalu kena bagian e-Learning 2.0-nya tapi cukup kasih pencerahan tentang e-learning secara keseluruhan.

Salah satu "pencerahan" yang saya dapet waktu baca buku ini adalah jawaban mengenai "kenapa sih kok pada getol promosi e-Learning?", atau mungkin ada yang nyela "situ latah ya pake e-Learning?" Hehehe...

Bagaimana pun moda pembelajaran baik tatap muka kelas ataupun e-learning, baik itu pembelajaran mandiri, berkelompok ataupun klasikal, baik itu ... ah sudahlah, intinya semua moda punya kelebihan (dan kekurangan masing-masing). Ibarat moda transportasi, mana yang lebih baik, sepeda, mobil atau bus kota? Jawabannya: ya tergantung keperluan, tergantung konteks, tergantung tujuannya mau ngapain.

Suatu moda pembelajaran dipilih umumnya berdasarkan kelebihan yang dimiliki untuk mengatasi problem yang spesifik, tentu dengan tidak melupakan potensi kekurangannya juga. Lalu apa kelebihan e-learning? Ada yang memandang e-learning unggul dalam ROI (return of investment) jangka panjang (Conrad, 2000). Ada yang bilang e-learning itu fleksibel, pembelajar bisa mengatur kapan dia mau belajar, secepat apa dia mau belajar, darimana dia mau belajar (asal ada koneksi ke internet). Ada yang bilang fleksibilitas e-learning itu termasuk dalam hal kemudahannya di-update. Jadi kalo' ada perkembangan ilmu terbaru, langsung bisa dimasukkan tanpa harus cetak ulang macam buku cetak panduan pelatihan atau lembar kerja siswa (yg lagi heboh ituh).

Semua pendapat tadi bener sih. Tapi Anita Rosen dengan cerdas spot out kelebihan e-learning: SKALABILITAS. Skalabilitas ini nanti ada kaitannya juga dengan rendahnya biaya implementasi yang menyebabkan ROI jangka panjang e-learning jauh lebih baik dari tatap muka. Yang dimaksud dengan skalabilitas di sini adalah bahwa dalam implementasi e-learning sedikit pengelola e-learning mampu melayani sekian banyak pengguna e-learning. Sebagai contoh sukses, National Semiconductor hanya memerlukan 20 personel untuk menyelenggarakan pelatihan untuk 8.500 orang! Dengan menggunakan e-learning tentunya... Bayangkan kalo' 20 personel unit pelatihan itu harus menyelenggarakan pelatihan tatap muka. Katakanlah dalam satu rombongan belajar (rombel) ukurannya 40 orang dan dibutuhkan waktu 3 hari pelatihan per rombel. Butuh 1275 hari! 3,5 tahun!! (zoom in zoom out zoom in zoom out). Kalo' dengan e-learning, 8,500 orang bisa diproses dalam waktu kurang lebih 1-2 bulan saja. See? That's the scalability of e-learning.

Keunggulan lain e-learning juga ada pada kemampuannya berperan sebagai repositori. Pernah denger cloud computing kan? Data-data sekarang ditaruh di "awan", di Internet. Kalo' mau kerja ya tinggal buka Internet, trus kerja deh. Dengan repositori itu rekam jejak belajar seseorang jadi mudah dievaluasi. Dengan repositori juga, beban belajar bisa diminamilisir untuk kompetensi tertentu. Kok bisa? Kalo' misalnya kompetensi yang diharapkan adalah menyajikan informasi non-real-time jadi nggak perlu menuntut orang "menghafalkan" konten, cukup "menghafalkan" jalan menuju konten. Ibarat paket data 16 bit, cukup 2 bit header-nya saja yang "diingat" kontennya tidak perlu.

Ok, jadi mudahnya ada dua alasan penting kenapa e-learning dipakai:
- skalabilitasnya tinggi
- repositorik

Namun dibalik keunggulan itu juga ada potensi kekurangan seperti bahwa e-learning itu cenderung bersifat pembelajaran mandiri, kemanfaatan belajarnya sangat tergantung pada motivasi belajar murid. Walaupun bisa aja sih ngeles, "motivasi kan bisa di-engineer, mbuh piye carane". E-learning juga masih menghadapi resistensi seperti "Ha di tempat kami boro-boro Internet, komputer aja nggak ada! Listrik juga byar pet!!" ...tapi BB ada ya Bu ya? :p

Di bagian yang lain dari bukunya, Rosen juga menunjukkan bahwa resistensi terhadap implementasi e-learning itu sebuah kewajaran, bahkan keniscayaan. Membuat orang mengalami sendiri kemanfaatan e-learning untuk mengatasi permasalahan yang memang pas diselesaikan dengan e-learning adalah kunci mengatasi resistensi tersebut.

Sunday, April 15, 2012

Satu Cahaya Kunang-Kunang di Baltimore

Heo... Judulnya sok-sokan banget ya? Sok-sokan dimirip-miripin seribu kunang-kunang di Manhattan-nya Umar Kayam. Tapi eniwe, saya belum pernah baca itu kumpulan cerpen. Ehek.

cahaya kunang-kunang

Nana mengamati "kunang-kunang".

Kebetulan apartemen kami ada jendela yang cukup panjang (iya jendelanya memanjang horizontal, karena apartemen-nya di basement) menghadap ke Barat. Jadi kalo' sore, cahaya matahari bisa dengan bebas masuk ke rumah. Itu memungkinkan saya dan Nana melakukan percobaan sederhana sama cahaya. Yang pertama keinget di saya adalah permainan saya waktu kecil: pemantulan cahaya.

Bedanya, waktu kecil saya mainnya pas pagi, karena jendela di rumah Mino menghadap ke Timur. Saya inget betul, waktu kecil entah umur berapa tepatnya dapet oleh-oleh gantungan kunci dari Belanda, kalo' nggak salah Papa saya yang kasih --waktu kecil saya emang suka ngumpulin gantungan kunci, walaupun bukan sampe level kolektor dan akhirnya bosen pas udah masuk SMA--. Gantungan kunci itu mengkilap, kalo' mantul ke tembok atau lemari pakaian Mama bentuknya mirip pesawat terbang. Kebetulan gantungan kuncinya tulisannya "Schiphol", yang kemudian saya tahu kalo' itu nama bandara di Amsterdam. Pagi-pagi pas Mama masih sibuk beres-beres rumah, menyapu dan memasak, saya asik mainan sendiri di kamar sama pantulan cahaya dari gantungan kunci itu. Dalam bayangan saya waktu itu pantulan cahaya yang mirip pesawat itu pesawat tempur. Ngoeeeeng Ngoeeeeng Cucucucucu...

Saya pengen wariskan imajinasi saya sama Nana. Tapi karena nggak ada gantungan kunci yang sama ya saya coba dengan objek yang lain: tutup tupperware. Iya, tupperware yang sama yang saya pake buat bikin bongo pura-pura.

Tutup tupperware itu warnanya hijau, cukup mengkilat dan dapat memantulkan cahaya. Saya coba bikin pemantulan cahaya ke tembok. Dan imajinasi Nana: "Firefly, Bapak!!" Oho.. mungkin karena lagi suka nonton dan main Wild Kratts, inferensi Nana terhadap pemantulan cahaya itu kunang-kunang. Tapi kalo' dipikir-pikir lucu juga karena jadi bisa dimainkan bahasanya: cahaya kunang-kunang atau kunang-kunang cahaya?

Whatever lah... setelah itu saya gerak-gerakkan tutup tupperware itu dan Nana lari-lari ngejar-ngejar "bayangan" kunang-kunang. Ini juga aneh, bayangan itu citra yang dihasilkan dari cahaya yang terhalang suatu objek, tapi bisa juga dipakai untuk mendeskripsikan citra yang terbentuk dari pemantulan cahaya terkonsentrasi pada suatu layar...

Wehehehe, asik lho mainan pemantulan cahaya. Mau nyoba?

Saturday, April 14, 2012

Reversi Aritmatika

Alasan saya belajar nge-embed game reversi di postingan di bawah karena saya mau kasih konteks sama pembaca terhadap postingan yang ini. Biar paham reversi itu apa.

Bulan lalu saya kepikiran memperkenalkan konsep pengurangan kepada anak (kelas 1 Sekolah Dasar) melalui permainan reversi.

Soal latihan:

a) 5 + 3 = ?
b) 5 + (-3) = ?
c) 5 - (-3) = ?
d) 5 - 3 = ?
e) -5 + 3 = ?
f) -5 + (-3) = ?
g) -5 - 3 = ?
h) -5 - (-3) = ?

Pakainya biji reversi yang ada 2 sisi hitam putih itu. Trus mainnya begini...

bikin 2 barisan reversi

Angka positif itu ambillah warna putih
Angka negatif itu ambillah warna hitam

Operasi penjumlahan itu menghitung jumlah biji reversi yang ada. Operasi pengurangan itu membalik sisi reversi yang ada di bawah baru menghitung jumlah biji reversi yang ada. Nah, kalo' ada biji hitam jejeran sama biji putih, sampyuh, kedua biji reversi yang jejeran diambil.

Contohnya begini...

a)
5 + 3 = ?

Untuk operasi penjumlahan sederhana di atas, tinggal dihitung semua biji reversinya. Hasilnya 5 + 3 = 8



Contoh lain:

b)
5 + (-3) = ?

karena operasinya penjumlahan, nggak pake acara mbalik biji reversi yang bawah, trus ada 3 pasang yang sampyuh. diambil. tersisa...

hasilnya 5 + (-3) = 2



Contoh lain lagi:

h)
-5 - (-3) = ?

karena operasinya pengurangan, biji yang bawah harus dibalik dulu jadi...

trus ada tiga pasang yang sampyuh, tersisa dua biji hitam

hasilnya -5 - (-3) = -2



demikian silakan dicoba bermain untuk contoh kasus yang lain, dan angka yang lain juga...

Sunday, April 08, 2012

Saturday, April 07, 2012

Senja di Baltimore

Senja yang semoga tak lekang di memori saya,

Semerbak wangi bunga-bunga musim semi, Lavender, Tulip dan Sakura

Semburat rona jingga di ufuk Barat Daya

Semilir angin dan dentang lonceng gereja tua, subhanaLlah, Maha Suci Dia

A Nickel

Lima sen, Jumat 6 April 2012, Stasiun Light Rail Mt. Washington.

Lima sen itu ... nggak dapet apa-apa, lolipop paling murah aja sepuluh sen, itu pun belinya harus serenteng isi sepuluh biji harga satu dolar.

Tapi kalau naik bus, harus punya receh 3.5 dolar. Kalo' duitnya cuma lembaran 5 dolar yang 1.5 dolar hangus, nggak ada kembalian. Nha kalo' recehnya cuma 3.45, kurang lima sen ya namanya tetep aja kurang.

Lima sen itu kadang kececer di bawah kasur, atau kelupaan nggak diambil dari kembalian mesin tiket di stasiun Light Rail.

Tapi kalo' dikumpulin di celengan, lumayanlah bisa buat naek bus atw infak Jumatan.


P.S.:
Untuk saya pribadi, semoga lima sen itu bisa bikin saya istiqamah. Kalo' jadi pemimpin ya yang amanah. Amin.

Wednesday, April 04, 2012

Sayyidul Istighfar

yaa Allah, Engkaulah Tuhanku tiada sandaran selain Engkau (yg) telah menciptakanku

dan aku adalah abdi-Mu dan aku (berpegang teguh) pada adat/aturan dan janji sebisa mungkin

aku berlindung kpd-Mu dari kejahatan yang kubuat

aku mengakui nikmat-Mu (yg terlimpah) atasku, dan aku mengakui dosa2ku, maka ampunkanlah aku...

karena tiada yang dapat mengampuni dosa melainkan Engkau

[dari Rasulullah s.a.w., via Shaddad ibn Aws, H.R. Bukhari]