Tuesday, July 14, 2009

Cahaya Matahari Lumen Tinggi

*karena opsi unggah gambarnya ndak ada ... jadilah cuma cerita aja

Hari apa ya kemaren tu ... hari Minggu kalo nggak salah. Aku dan jeung Ifta ples Nana ciblon pulang dari Kotagede siang-siang sambil mampir ke Toko Kacamata buat mbenerin kacamatanya jeung Ifta yang pecah gara-gara ketindihan tangannya sendiri (infonya nggak penting). Kita pulang lewat Mandala Krida trus belok ke arah Jembatan Layang Lempuyangan. Pas naik di atas jembatan layang, Gunung Merapi & Merbabu keliatan juelass biyanget di luar kebiasaan.

"dek dek, liat tuh Merapinya. Itu efek cahaya matahari lumen tinggi."

"apa tuh cahaya matahari lumen tinggi?"

"ya itu .. cahaya matahari yang lumennya nyampe 800-an."

"Ooo ... penelitiannya mas yang dulu ya?"

"iya."

"Itu jadinya kayak pixelnya nambah gitu ya."

"he eh," jawabku sambil konsen nyetir mobil.

Di dalam benakku langsung aja kepikiran kalo' apa yang kita lihat adalah cahaya yang masuk ke mata kita. Ketika obyek jauh yang memiliki detail kompleks seperti gunung tersinari cahaya matahari lumen tinggi otomatis mata kita menangkap informasi lebih banyak daripada biasa sehingga detil-detil yang biasanya nggak nampak jadi terlihat. Jeung Ifta menganalogikannya dengan pixel.

Lebih jauh dari itu, aku jadi mikir -dan selalu menghantui- ... lumen tinggi itu berarti intensitas energi yang dibawanya juga tinggi. Dan intensitas energi yang tinggi itu kita biarkan saja. Kita paling hanya mengeluhkan mataharinya terik dan udaranya panas tanpa sadar kalo' sebenernya itu adalah potensi energi yang sangat besar.

Aku jadi inget William Stroethoff. Kontrapsi-kontrapsi yang dibuatnya memanfaatkan panas matahari. Pemilihan pendayagunaan panas matahari ini bukan tanpa alasan. Cahaya matahari dapat dimanfaatkan melalui dua cara, yaitu (1) dimanfaatkan tenaga foton-nya melalui efek fotoelektrik dan (2) dimanfaatkan panasnya. Selama ini, teknologi paling canggih yang dimiliki manusia baru bisa mengkonversi 15% tenaga foton matahari. Itu pun biayanya tinggi. Nggak efisien. Sedangkan, pemanfaatan panas matahari cenderung lebih sederhana namun arahnya memang agak jauh dari penyediaan listrik. Pemanfaatan panas matahari yang aku tau dari Stroethoff adalah untuk pengeringan komoditas pertanian, sterilisasi air dari bakteri dan proyek yang terakhir yang aku tau adalah destilasi air.

Kalo' waktu agak senggang pengen rasanya memanfaatkan cahaya matahari lumen tinggi ini. Eman-eman kalo mubadzir.

3 comments:

Billie D Zarudo said...

aq dah pernah coba poto..
putih semua..
kaga gerbang menuju dunia lain..
alias kebakar..
haha..

mending ambil dari mbah google..

Hanson Prihantoro said...

hooo, mau dunks liat potonya...
(cm bs mbayangkn foto gunung dg resolusi kecil ma gedhe)

Ada hubungannya g, lumen sama luminitas (bnr g tulisanny) bintang2?

m ark said...

@Hanson: kayaknya ada ... heheheheh.

fotonya susye dapetnyah. pokoke bisa dibayangin detilnya ampe keliatan. Yang biasanya cuma biru, ni ijo ama coklatnya keliatan.