Tuesday, February 25, 2020

Kopeted Man

*** Disclaimer *** 
Jangan baca postingan ini sambil makan, 
supaya Anda tidak kehilangan nafsu makan, 
karena bakal sedikit banyak nggilani.

Sebelum saya bercerita tentang "Kopeted Man", ada baiknya kita samakan kosakata dulu ya.

"Kopeted" itu bukan plesetan dari "coveted" yang menurut Google adalah kata sifat yang berarti "greatly desired or envied".

"Kopet" itu bahasa Jawa, artinya feses manusia yang nyelepret atau menempel di bagian belakang, umumnya karena ada yang "bocor" atau tidak bersih ceboknya. "Mambu Kopet" itu artinya bau tahi manusia. Atau kalau saya deskripsikan ke anak saya, "Mambu Kopet is a horrible smell from an unwashed or unwiped ass".

Have you ever smelled "Kopet" in public?

I have.

Jadi gini ...

Seperti biasa, setiap hari Minggu saya dan Ifta belanja groceries mingguan ke ALDI. Ketika hampir selesai belanjanya, saya --kebetulan punya indra penciuman yang lumayan tajam-- membaui a hint of kopet. Saya bilang ke Ifta, "dek, kok mambu kopet yo?" Ifta tidak percaya. Saya kemudian minta Ifta ngambil telur dan susu di dekat kasir nomer 5 sedangkan saya sambil mencari garam dapur menuju ke kasir nomer 1 yang berseberangan cukup jauh dari kasir nomer 5.

Ketika Ifta menyusul saya, dia uring-uringan. "Mas Arka sengaja ya nyuruh aku yang ambil telor!!! Di deket kasir nomer 5 itu BAU BANGET SUMPAH." Lhaaa ... tadi aku bilangin engga percaya ...

Ketika saya unloading groceries di kasir nomer 1, datang sesama konsumen, saya namakan Masnya dan Mbaknya Berbaju Warna Warni, yang pindah dari kasir nomer 5. Ternyata biang kerok bau kopet yang sangat tajam tersebut adalah seorang laki-laki gemuk berbaju hitam (bukan saya lho ya, masnya yang ini ukurannya dua kali lipat besarnya dari saya) yang sedang mengantri di kasir nomer 5.

Masnya Berbaju Warna Warni itu sambil ngucek-ucek hidung ngomyang sendiri.

"Oohhh Looord ... "

"Ooohhh Give Mercy ... "

"Oooohhhh Shiiiitttt ... "

Saya nggak bisa nahan ketawa. Ya nahan nahan dikit sih biar nggak ngakak dan nggak guling guling di tempat, tapi teteup saya kemekelen. Saya pengen jawab "Yes dude, thwas a literal shit". Tapi saya urungkan dan berusaha tetap sopan di tempat umum.

Mbaknya Berbaju Warna Warni cuman senyam-senyum, klecam-klecem. Demikian pula pengunjung yang lain, berlagak kalem seakan tidak ada apa-apa supaya tidak menyinggung perasaan masnya yang berbau kopet.

Mas Kasir nomer 1 tampak bahagia sekali. Mungkin bersyukur saat itu dia enggak dapet jatah jadi kasir nomer 5.

Selesai membayar belanjaan, saya dan Ifta buru-buru mengepak belanjaan dan keluar dari toko, sebelum mas berbau kopet berbaju hitam a.k.a. Kopeted Man itu selesai transaksi di kasir nomer 5. Kalau si masnya nanti mengepak barang di samping kami, hadeh ...

Sesampai di mobil, kami ngakak. Menertawakan situasi.

Ing atase nang Amerika, kok yo ono, nang toko swalayan, mambu kopeeettt ... Owalah Gustiiiii ... paringono wangi-wangi ... 😂🤣😂

P.S. 

Gara-gara kejadian itu, saya jadi bertanya-tanya apakah ketika kita membaui kentut itu artinya ada partikulat aerosol (bisa dibayangkan shit emoji ukuran mikroskopik) masuk ke dalam hidung dan saluran pernafasan kita? Ini seriusan saya cari di Google. Gak jelas banget ya? Tapi menurut saya, itu pertanyaan penting. wkwkwkwkwk. Walaupun agak agak gimana gitu.

Dari perambanan singkat yang saya lakukan, alhamdulillah jawabannya: Tidak.

Ketika kita membaui kentut itu, yang merangsang reseptor pembau di dalam hidung adalah "a trace of sulfur compound such as methanethiol". Jadi bukan partikulat aerosolnya ... karena, partikulat aerosolnya tertahan oleh lapisan celana dalam dan celana luar. 

Makanya, pakai celana itu penting ... 

No comments: