Beberapa waktu lalu, Nana ikut Tante Dyda ke Mirota Jakal KM 6.5. Pulangnya Nana bawa Puzzle gambar Strawberry Shortcake. Kata Tante Dyda, Nana sendiri yang pilih. Nggak berapa lama Nana minta saya menemaninya main Puzzle.
Yang pengen saya ceritakan adalah proses belajar Nana memainkan puzzle itu. Tadinya Nana belum bisa mencocokkan kepingan-kepingan puzzle. 2-3 kali saya memberikan contoh dan menamai tiap kepingan puzzle dengan objek yang terlihat pada kepingan tersebut. Dalam memasangkan tiap kepingan puzzle, saya berusaha membuat keterkaitan antara gambar yang ada pada kepingan puzzle dengan gambar yang ada pada frame puzzle.
Dalam 2-3 kali kesempatan itu Nana secara aktif bertanya, "ini dimana ini?" sambil mengambil kepingan puzzle secara acak. Awalnya saya langsung menunjukkan dimana letak kepingan yang dia ambil. Namun kemudian saya sadar, saat itu adalah saat yang tepat mempraktekkan apa yang sudah saya pelajari di bangku kuliah. Pada kesempatan berikutnya, sebelum saya memberikan jawaban mengenai letak kepingan yang Nana ambil, saya melontarkan pertanyaan Sokratik "hmm, yang gambar bunga ini kira-kira deket sama gambar apa ya?" atau "wah, strawberry besar ini letaknya di pojokan bukan ya?" Tentu Nana tidak langsung dapat menjawabnya. Ketika dia terhambat, saya menunjukkan letaknya. Ketika dia dapat menunjukkan letaknya namun sudut kepingan puzzlenya tidak berada pada posisi yang tepat, saya memutar kepingan tersebut. Ini kurang lebih disebut scaffolding oleh Vygotsky.
Pada kesempatan keempat, Nana mulai berani mencoba sendiri. Saatnya saya melakukan sesi "latihan" untuk Nana. Saya menutupi wajah dengan bantal. Ketika Nana bertanya, saya diam saja. Nana kemudian terdengar kluthak-kluthik mengutak-atik puzzle-nya. Saya bertanya, "sudah belum??" seperti ketika main petak umpet.
Ketika Nana selesai dengan sebuah kepingan, dia memanggil "Bapak!!" Dan saya membuka bantal saya serta memberi selamat jika Nana meletakkan kepingan di tempat yang tepat dan memberi pujian atas usahanya sekaligus mengoreksi jika Nana melakukan kesalahan.
Ritual itu berlangsung sampai seluruh kepingan puzzle tersusun sempurna. Kemudian Nana minta untuk bermain lagi dari awal sampai 3-4 kali. Kami melakukan hal ini kurang lebih 20 menit. Tiba-tiba Tante Wiwit datang ... .
Saatnya evaluasi! (dalam benak saya)
Dan benar saja, Nana ingin memperlihatkan keterampilan baru yang dia dapatkan ke tantenya. Dalam kesempatan evaluasi pertama itu, dari 12 kepingan puzzle, saya membantu untuk 3 kepingan puzzle yang diletakkan di tempat yang kurang pas. Ini namanya evaluasi formatif. 75 untuk Nana! Buat saya, proses belajar yang kurang lebih 30 menit itu berjalan baik.
Tentunya Nana tidak puas hanya "memamerkan" kemampuannya menata puzzle pada Tante Wiwit. Nana lalu mencari tante dan mbak yang lain, bahkan eyang-eyangnya. Semakin dia memainkannya, semakin sedikit tingkat kesalahan yang dilakukan. Dan saya rasa tidak sampai 3 hari, Nana sudah mahir menata puzzle Strawberry Shortcake-nya. Namun tampaknya untuk menata puzzle yang lain Nana masih butuh belajar lagi.
2 comments:
hei nana main puzzle... aku malahan beberapa kali udah kebelet beiin puzzle...tapi mikir2 apa alya udah bisa ya... umur berapa ini nana main puzzle ka? anyway TFS ya, trik2 belajar puzzle nya :)
yakinlah Alya bisa Nia :) yang penting kita jaga mood si anak. Kalo' dia emang nggak mau main ya biarin aja, ntar pas dia mood kita optimalkan. Nana main puzzle umur 2 tahun 9 bulan, barusan kok.
Post a Comment